Lihat ke Halaman Asli

Akbar Pitopang

TERVERIFIKASI

Berbagi Bukan Menggurui

Filosofi "Karambia" sebagai Kerangka Sabar dari Buya Ristawardi

Diperbarui: 14 April 2022   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi proses mengupas kelapa muda menggunakan pisau tajam. (PEXELS/ Any Lane via Kompas)

Segala bentuk cobaan yang diberikan Allah SWT kepada kita, harus kita terima dengan besar hati. Seberat-berat cobaan yang kita terima di dunia ini, belum lah seberat cobaan dan penderitaan yang ditanggung oleh karambia. Karambia yang dalam bahasa minang berarti kelapa.

Apakah anda tahu apa itu kelapa? Kepala merupakan sebuh jenis tumbuhan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Semua bagian kelapa mulai dari akar, batang, daun, buah dan semua bagiannya memiliki manfaat. Allah SWT tidak menciptakan pohon kelapa tanpa ada maksud dan tujuan.

Semata-mata memiliki filosofi kehidupan bagi manusia yang mau berpikir. Dalam pepatah Minangkabau, "alam takambang jadi guru".

Filosofi karambia (baca: kelapa dalam Bahasa Indonesia) inilah yang diibatkan oleh Buya Ristawardi yang bergelar adat yaitu Datuak Marajo nan Batungkek Ameh. Dalam ceramahnya yang disampaikan kepada jama'ah dalam sebuah kesempatan beberapa waktu yang lalu dan sempat viral di media sosial.

Buya Ristawardi Datuak Marajo nan Batungkek Ameh adalah salah seorang mubaligh dari ranah minang yang ceramah-ceramahnya selalu inspiratif. Buya Ristawardi senantiasa memakai Bahasa Minang dalam penyampaian isi ceramahnya.

Sebagai orang Minang, saya salut dengan kehebatan beliau yang mumpuni dalam ilmu agama serta sekaligus ahli dalam petatah-petitih sebagai bentuk kolaborasi dengan kearifan lokal dalam menjaga kekayaan khazanah budaya bertutur dalam budaya Minangkabau. Patutlah jika dijadikan sebagai panutan.

via wartatani.co

Karambia, bersabar dalam keindahan

Arai atau bunga kelapa yang akan menjadi cikal bakal sebuah kelapa. Arai akan tumbuh menjadi sebuah mumbang (putik kelapa). Nasib sebuah mumbang masih sangat ditentukan oleh tupai. Pada fase ini mumbang bisa saja dijatuhkan ke bumi oleh tupai.

Jika mumbang bisa bertahan, maka mumbang akan berubah menjadi buah kelapa. Baik buah kelapa yang ukurannya masih kecil maupun yang sudah besar, akan sama-sama merasakan sakit dan derita ketika dijatuhkan oleh manusia pada saat proses pengambilan atau pelepasan dari tampuk.

Mengambil atau menjatuhkan kelapa dari tampuk yang berada sangat jauh dari permukaan tanah. Karena letaknya yang tinggi sehingga ketika buah kelapa sudah dipetik, kita tidak akan menemukan kepala dijatuhkan secara baik-baik. Ketika dijatuhkan dari atas kemudian disambut dengan benda yang halus atau lembut. Misalkan ditunggu dengan jaring dulu agar tidak terpelanting di tanah. Mana ada manusia melakukan cara yang selembut itu kepada sebuah kelapa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline