Lihat ke Halaman Asli

Akbar Pitopang

TERVERIFIKASI

Berbagi Bukan Menggurui

Puasa Ramadhan: Saatnya Orang Beriman Ujian Naik Kelas?

Diperbarui: 22 April 2022   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(muslim.okezone.com)

Alhamdulillah tahun ini kita masih bisa membersamai bulan yang penuh berkah ini. Sungguh keberuntungan yang luar biasa. Karena, tentu tak semua orang diberi kesempatan untuk bertemu lagi dengan bulan Ramadhan. Sungguh banyak kita lihat bahwa saudara maupun yang di tahun kemarin bisa ikut beribadah di bulan Ramadhan, tahun ini sudah tak terlihat puncak hidungnya (dipanggil ke rahmatullah, red).

Bulan Ramadhan ajang kita untuk introspeksi dan memperbaiki segala kesalahan diri. Selama 11 bulan kita sibuk dengan dunia dengan segala dramanya. 

Demi mencapai apa yang kita inginkan, kita rela melakukan apapun. Terkadang kita rela mengenyampingkan iman kita asalkan tercapai tujuan walaupun dengan jalan dosa sekalipun.

Allah SWT sangat sayang pada umatnya. Allah SWT tentu tak ingin kita sebagai hamba-Nya tergelincir ke jurang kehinaan. Di bulan Ramadhan lah kita kembali menjadi manusia seutuhnya. Bagi manusia yang mau berpikir dan mengambil ibrah atas setiap kejadian yang telah dilaluinya.

Menjalankan puasa di bulan suci Ramadhan tidak hanya sekedar ritual menahan lapar dan haus semata. Namun, lebih dari itu bahwa mesti ada perubahan sikap dan cara dalam menjalani hidup dan kehidupan ini. Menjadikan kehidupan lebih bermakna.

Puasa di bulan suci Ramadhan merupakan ajang naik kelas dari status beriman agar berubah status menjadi bertaqwa. Dan hal ini tidak mudah. Bagaikan pelaksaan ujian dengan berbagai model dan jenis yang selama ini pernah kita ikuti. 

Katakanlah itu ujian sekolah, ujian semester, ujian seleksi kerja, dan lainnya. Apakah itu mudah untuk dilalui? Jelas tidak mudah sama sekali. Tapi itu semua tergantung orientasi hasil yang ingin dicapai.

Setiap orang punya orientasi hasil masing-masing yang ingin ia capai. Ada orang yang menganggap rangkaian ujian yang sedang ia lalui itu sebagai suatu hal yang biasa saja, sehingga otomatis kualitas dan kuntitas usahanya pun sangat rendah atau kurang dari apa yang dibutuhkan agar mudah dalam melalui ujian tersebut.

Ada siswa yang tengah mengikuti ujian naik kelas, tapi ia menganggap bahwa seperti apapun usahanya maka ia yakin akan tetap naik kelas. Belajar atau tidak belajar pun dia merasa bahwa ia pasti naik kelas. 

Apa itu mungkin terjadi? Ya, bisa saja terjadi tapi tentu nantinya ia akan berada di kelas yang berbeda dan memiliki aturannya tersendiri yang berbeda dengan aturan-aturan di kelas sebelumnya.

Ada juga orang yang sedang mengikuti ujian seleksi untuk dapat diterima di suatu kampus tempat untuk kuliah melanjutkan studi. Mungkin karena tekanan dari orang tua atau keluarganya, ia terpaksa mengikutinya dengan tidak sepenuh hati. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline