Lihat ke Halaman Asli

Akbar Pitopang

TERVERIFIKASI

Berbagi Bukan Menggurui

Pacu Jawi Tanah Datar, Perayaan Tradisional Atraksi Wisata

Diperbarui: 23 April 2022   11:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

via http://www.dailydesigninspiration.com/



Di Tanah Datar, Sumatera Barat terdapat sebuah kegiatan pacu jawi. Apa itu pacu jawi? Pacu jawi merupakan permainan yang dilakukan dengan memacu dua sapi secara bersamaan di tanah sawah yang penuh lumpur. Pacuan dua ekor sapi dikendalikan oleh seorang joki yang memegang ekor sapi dan berdiri diatas tangkai bajak. 

Pacu jawi telah menjadi sebuah perayaan dan bagian dari kebudayaan masyarakat tanah datar. Dulunya, pacu jawi hanya sebagai kegiatan hiburan sebelum masa tanam padi tiba. Saat sawah penuh lumpur sebelum ditanami padi, maka masyarakat memacu jawi-nya. Lambat laun kegiatan tersebut semakin digemari dan kini telah menjelma menjadi sebuah tradisi, perayaan, kebudayaan bahkan semakin terangkat menjadi sebuah atraksi wisata. 

Untuk semakin menyemarakkan perayaan dan tradisi ini maka akan diadakan pacu jawi terbesar tahun 2013 yang akan dilaksanakan Agustus mendatang di Nagari Parambahan, Kecamatan V Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Ajang pacu jawi ini menjadi salah satu daya tarik pariwisata di Tanah Datar, selain wisata sejarah.

Dikutip dari Kompas, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Tanah Datar Margawan, mengatakan, pihaknya merencanakan peningkatan kunjungan wisata ke kabupaten ini tahun 2014 dengan menggelar Visit Tanah Datar 2014. Saat ini kunjungan wisatawan di Kabupaten Tanah Datar baru berkisar 150.000 orang per tahun. Tahun depan diharapkan sekitar 500.000 orang berkunjungan.

Ada empat kecamatan penyelenggara pacu jawi di Tanah Datar, yakni Kecamatan V Kaum, Pariangan, Sungai Tarab,dan Rambatan. Menurut marwan, pacu jawi terbesar dilaksanakan pada 10, 17, 24 dan 31 agustus 2013. Kegiatan ini menjadi ajang bagi pemilik sapi untuk menguji kemampuan berlari hewan peliharaan mereka. Sekitar 800 ekor sapi akan berpacu di sawah dalam acara selama empat hari Sabtu dalam bulan Agustus itu. 

“kalau sapi bisa berlari lurus, harganya bisa melonjak dua kali lipat atau bahkan lebih dari harga normal”.

Pacu jawi digelar turun temurun. Sebelum terangkat menjadi kegiatan wisata, pacu jawi adalah kegiatan lokal masyarakat sebelum musim tanam dilakukan. Di tanah datar, sekitar 75 persen warganya adalah petani. 

Hari Sabtu lalu, kegiatan pacu jawi untuk bulan Maret-April digelar di Jorong Tigo Batur. Kegiatan diadakan selama lima kali hari Sabtu, pukul 12.00-15.00. lokasi pacu jawi juga dijadikan arena pacu jawi akbar ada Agustus nanti. “Sekitar 400 sapi yang ikut kegiatan kali ini”, ujar Ketua Persatuan Olahraga Pacu jawi (Porwi) Tanah Datar Fahmi.

Sapi didatangkan dari sejumlah nagari di Tanah Datar, jumlah sapi semakin bertmbah setelah pacu jawi banyak digelar di Tanah Datar beberapa tahun terakhir. Tiga tahun lalu, ada sekitar 80 sapi ikut serta dalam sekali kegiatan pacu jawi. Selain itu ada sekitar 60 joki yang biasa mengendalikan laju sapi.


Tak mudah sebenarnya mengendalikan laju sapi. Joki hanya berdiri di tangkai bajak sambil memegang ekor sapi agar sapi mau berlari. Bertempur dalam area sawah penuh lumpur. Kadang sapi berlari kearah yang tidak seharusnya. Belum lagi yang harus dikendalikan adalah dua ekor sapi. Cipratan lumpur mengenai seluruh tubuh joki bahkan mengenai mata. Dan itu bisa mengganggu penglihatan para joki. 


[caption id="" align="alignright" width="285" caption="digemari dan diburu para fotografer profesional (http://www.jakartaphotoclub.com/pic/forum/ 2011/forum-message-43852-jawi-020.jpg)"][/caption]

Kini pacu jawi telah menjadi sebuah perayaan tradisional yang banyak diminati oleh para wisatawan. Baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Atraksi pacu jawi di Tanah Datar juga banyak dinantikan oleh para pemburu fotografi. Beberapa bulan yang lalu misalkan saja diumumkan bahwa foto pacu jawi karya fotografer asal Malaysia berhasil menjuarai ajang lomba foto internasional.

Sebuah perayaan tradisional tak akan tergerus oleh peradaban modern selama masyarakatnya tetap mengangkat dan melestarikan. Perayaan tradisional bahkan akan terkesan menjadi sebuah perayaan unik dan otentik yang merupakan produk budaya yang ketika itu diangkat dan dikemas lebih modern maka perayaan tradisional akan menjelma menjadi perayaan yang menarik. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline