Lihat ke Halaman Asli

Akbar Fithriansyah

Gerilyawan Muda

Sekelumit Isu Covid, Himbauan dan Jari-Jari Mati Rasa

Diperbarui: 22 April 2021   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi Pribadi 

Wabah Corona terus menghantui dunia, nyata dan maya. Dalam 4 bulan terakhir, terhitung sejak akhir tahun 2019, Virus kecil bernama Corona telah menghebohkan banyak manusia. Bagaimana tidak, saban waktu pemberitaan tentang pandemi COVID-19 selalu menghiasi halaman depan media. Virus Corona menjadi headline di berbagai media massa, baik media local, nasional, maupun internasional. Begitu pula kicauan netizen di microblogging twitter, isu virus tidak kasat mata ini kerap menjadi trending topic. Ada yang menanggapi serius, tidak sedikit pula yang bercanda dan mencibir, bahkan sepele. 

Beragam berita tentang COVID-19 dimunculkan, mulai dari himbauan pemerintah, sebaran wilayah zona merah, pasien positif, fasilitas rumah sakit dan alat kelengkapan para perawat yang tidak memadai, rontoknya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, hingga dampaknya pada perekonomian masyarakat kecil. Semua dikupas secara tuntas. Pada intinya, pesan yang paling banyak disampaikan kepada masyarakat tentunya kewaspadaan, kesiapsiagaan dan langkah antisipatif dalam menghalau virus mematikan ini.

Pun di laman media social, juga tak kalah heboh. Sebut saja mulai dari grup-grup whatapps dan facebook, instagram, sampai youtube. Para peselancar dunya maya baku lomba memposting informasi terkait virus Corona, semuanya tentu ingin menjadi yang terdepan. Perkembangan media social sangat signifikan akhir-akhir ini, sebagai pesaing utama media-media online dalam menyajikan informasi. Meskipun akurasi berita yang disajikan masih disangsikan kebenarannya (perlu verifikasi pembaca), namun media social memiliki kecepatan tinggi (high speed) dan jangkauan yang jauh. Tidaklah heran jika informasi baru dan unik diedarkan di media sosial, apalagi menyangkut hajat hidup orang banyak, akan cepat viral.

Kepiawaian jari-jari tangan itu, diiringi oleh fitur-fitur canggih serta fasilitas yang mumpuni pada tiap-tiap akun, merupakan sebuah perpaduan mewah. Ibarat jalan tol, lancar memandu para pengguna (users) menjadi "pewarta", dalam tempo yang singkat. Tentu saja, informasi dikemas sesuai selera dan kepentingan user itu sendiri. Layaknya  media elektronik Televisi, media sosial kini juga bisa menyelenggarakan acara  nonton bareng dan bahkan siaran langsung atau tunda. 

Media social terus berupaya mengupgrade tampilannya. Khusus facebook, sekarang sudah memiliki filterisasi sendiri dalam mendeteksi video-video hoaks (palsu) yang disebarkan. Patut diapresiasi. Namun informasi palsu dalam bentuk tulisan (copy paste) dan narasi, nampaknya facebook masih kesulitan mengidentifikasinya. Di sinilah peran kita sebagai pegiat media yang kritis, agar aktif dalam meluruskan informasi yang beredar 

Ketika Jari-Jari Mati Rasa Ikut Membingkai Isu Corona 

Pada ulasan kali ini, saya coba memberikan 2 buah contoh kasus berita yang cukup menghebohkan dan sempat viral di media social beberapa waktu lalu. Pertama, tentang kabar kota Wuhan dipenuhi ribuan burung gagak dan foto satelit merah yang diklaim karena kremasi mayat beredar luas di media social. Kabar ini disebarkan oleh situs media media-umat.com dengan judul artikel: "Bikin Merinding, Burung Gagak Hitam dan Foto Satelit Merah Menyala di Kota Wuhan".

Media online Liputan6.com mencoba menelusuri kebenaran informasi mengenai burung gagak yang berkumpul di Kota Wuhan untuk mencari mayat korban virus Corona. Penelusuran dilakukan dengan menggunakan mesin pencari google dengan memasukan kata kunci "crow wuhan". Hasilnya ditemukan sebuah artikel yang membantah kabar burung gagak berkumpul di Kota Wuhan karena mencari bangkai manusia. Artikel berjudul "Fear 'death crows' are feasting on coronavirus corpses as thousands swarm over Wuhan" yang diunggah situs dailystar.co.uk. Artikel tersebut menjelaskan bahwa tidak ada bukti kuat untuk mendukung teori bahwa burung gagak mencari mayat.

Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa tidak ada bukti kuat untuk mendukung teori burung gagak mencari dan memakan bangkai manusia korban virus Corona di Wuhan. Sedangkan foto satelit merah tidak ada kaitannya dengan kremasi mayat korban virus Corona di Wuhan. Kesimpulan, narasi yang disebarkan situs media-umat.com tidak sesuai dengan fakta sebenarnya alias hoax. Silakan cek situs berikut: https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4181653/cek-fakta-burung-gagak-dan-citra-satelit-merah-di-wuhan-ini-faktanya

Kedua, tidak lama setelah geger burung gagak, muncul lagi kabar tentang nyamuk raksasa menyerbu Kota Wuhan, kabar tersebut disebarkan oleh situs beritaislam.org dengan judul artikel "Video, Nyamuk Raksasa Serang Setelah Geger Muncul Ribuan Burung Gagak". Lagi-lagi berita ini dengan mudah dipatahkan oleh media yang lebih kredibel seperti Liputan6.com.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline