Sore hari di sebuah taman kota jakarta dengan semangkuk bakso malang yang masih panas, aku memikirkan dimana harus mencari pelatihan kerja lapangan (magang). Disaat pandemi ini serasa sulit mendapatkan tempat magang, tiba-tiba berdering keras telfon dari saku kantong celanaku lalu menawarkan untuk magang di sebuah instansi yang tidak pernah terbenak dalam pikiranku. Orang tersebut menawarkan aku "kamu mau tidak untuk magang di Dinas Penerangan Angkatan Laut? Tapi kamu harus rapi, tidak boleh gondrong tidak boleh berkumis apalagi berjenggot, kalo kamu mau besok bisa langsung datang ke Markas Besar Angkatan Laut dengan memakai seragam kemeja putih dan celana hitam, berminat kan kamu?, " saat itu juga aku hanya bisa berdiam, aku tidak terbiasa bertemu dan bekerja dengan seorang tentara, apalagi tentara dengan julukan "Hantu Laut" itu terdengar menyeramkan lebih seram dari pada omongan para tetangga di rumahku. Aku berfikir hampir 30 menit untuk meyakinkan diriku, siapkah atau tidak? dengan penuh keberanian ternyata aku mengambil tawarannya.
Keesokan paginya, di hadapan cermin dengan seragam putih-hitam, aku kembali meyakinkan diriku untuk berangkat ke markas besar angkatan laut, kemudian aku berangkat sebelum ayam mulai berkokok karena dalam pikirku "ah aku tidak mau telat, nanti di suruh push up gamau ah" padahal aku bukan tentara tapi itu yang ada di benakku se-akan-akan aku ini adalah seorang tantara.
Ketika sampai di gerbang markas besar hantu laut tersebut, mulai lah berdebar kencang jantung ku rasanya seperti di dobrak oleh mereka. Aku di arahkan dengan seseorang yang menjadi rekan magangku untuk selalu memberi salam dan hormat jika bertemu TNI Angkatan Laut (TNI AL).
Sesampainya di ruangan, bertemu dengan anggota TNI AL semakin ingin copot jantung rasanya karena aku merasa sepertinya salah mengambil keputusan. Dengan muka datar, bibir gemetar, mata yang tidak tahu ingin melihat ke arah yang mana, aku mulai memperkenalkan diriku dan menjelaskan kemampuan apa yang bisa aku lakukan di depan para Anggota TNI AL. Aku menjelaskan, "aku bisa memotret, aku bisa menulis, aku ingin mencari pengalaman baru pak" kemudian, anggota itu menjawab "tidak usah kaku gitu, biasa aja, senyum dong senyum", mati lah aku ternyata mereka tau apa yang sedang aku rasakan saat ini, wah ini benar-benar membuat aku tidak bisa mengeluarkan huruf alfabet yang aku kuasai satu pun.
Hari pertama di mulai, aku diberikan arahan untuk mengikuti apel pagi dengan baju olahraga dan harus sudah di kantor sebelum pukul 6.30 pagi, begitu tertib dan disiplin sehingga membuat diriku harus terbiasa dengan kondisi seperti ini. Hari berikutnya, aku di tempatkan di Sub Dinas Penerangan Umum, bagian dari penulisan berita untuk memberikan informasi seluruh kegiatan para Penguasa Laut kepada seluruh prajurit dan Masyarakat. Dalam hati ku bertanya-tanya apa yang harus aku tulis, ternyata oh ternyata aku di arahkan untuk mencari tahu semua informasi terkait biodata TNI AL serta pangkat-pangkat apa saja yang ada Instansi tersebut. Selama tiga hari aku hanya menghafal pangkat-pangkat serta nama-nama anggota yang ada di Dinas Penerangan Angkatan Laut (Dispenal).
Seiring berjalannya waktu, hari demi hari aku jalankan, salah dan selalu siap salah atas apa yang aku lakukan, kemudian tiba untuk membuat tulisan tentang kegiatan Angkatan Laut yang saat itu aku harus menulis kegiatan Penguasa Hantu Laut yaitu Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono, S.E., M.M., ia adalah sosok Pejabat TNI AL berbintang 4 (empat) yang gagah, tatapan tajam dan penuh keberanian dan jelas seluruh prajurit TNI AL pasti akan patuh dengan semua keputusannya. Saat itu Laksamana Yudo Margono sedang melakukan pelaksanaan Wisuda Purna Wira para pejabat TNI AL yang akan pensiun dari masa abdinya
"Kasal: Purna Wira Bukan Akhir dari Pengabdian." Itu lah judul yang saya tulis untuk kegiatan Pejabat bintang 4, dan ternyata judul itu di setujui oleh anggota TNI AL bahkan judul itu di pakai oleh 30 media lain untuk menjadi judul dari berita yang di muat. Sepertinya semangatku mulai bangkit, aku merasa menjadi orang yang berguna itu semua tidak lepas dari didik binaan yang di berikan oleh anggota TNI AL. Rasa senang sekali bisa bertemu para pejabat TNI AL, mungkin jika aku tidak magang disini belumtentu aku bisa bertemu langsung dengan sosok prajurit Negara Indonesia ini. Walaupun di dalam semangatku masih terdapat kegerogian ketika bertemu para pejabat dengan pangkat bintang saat sedang meliput kegiata-kegiatan TNI AL tapi diriku yakin hal ini karena belum terbiasa saja.
Suatu ketika, aku mulai menanyakan apakah setelah lulus aku bisa mendaftar untuk menjadi bagian dari Prajurit TNI AL, oh ternyata aku memiliki kesempatan untuk mendaftar, padahal awal aku berfikir keputusanku untuk magang disini adalah langkah yang salah ternyata sekarang malah inginku menjadi bagian dari merak adalah suatu anugrah. Pengalaman yang sangat berarti, Dispenal membentuk karakterku yang tadinya berantakan menjadi disiplin dan yakin memiliki masa depan. Tan Malaka pernah mengatakan "Terbentur, terbentur, terbentur, kemdian Terbentuk" hal ini di katakan untuk mengingatkan kita semua bahwa kita tidak boleh menyerah dalam perjalanan untuk mencapai suatu tujuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H