Lihat ke Halaman Asli

Keragaman (yang Sering) Menjadi Kotak yang Dikotakkan

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mendengar bhinneka tunggal Ika tentu yg ada dipikiran kita langsung menuju gambar pita yang digenggam oleh garuda, simbol negara tercinta ini. Kita semua sudah tentu memahami dengan sangat maknanya karena sejak kita SD akrab dengan istilah ini.

Adalah sebuah negara yang sangat dirahmati oleh Allah yang dalam segala hal kita diberikan kelebihan, sumber daya alam melimpah, manusianya ramah-ramai, adat-istiadatnya beragam, dan sebagainya (yg ga bagus ga usah ditulis yaa,,, kan dah tau kan??).

Keragaman itu juga bahkan saya rasakan ketika berada ditengah hutan sekalipun. lha emang teman kerja saya mulai dari tulang yang dari medan, odah dari padang, akang dari sunda, abang dari jakarta, cong dari madura, arek suroboyo, om om timur, daeng makassar, selessureng bugis, ari dakon dayak,, wahh ga bs ditulis semuanya.

Namun keragaman itu kembali terusik dengan berita : Seorang tokoh Masyarakat Tidung dikeroyok pemuda-pemuda bugis.. ahhh hati saya tiba-tiba kecut. bukan apa-apa dimanapun saya berada ketika ada masalah (konflik) yg biasanya berawal dari masalah orang-perorang tiba-tiba ditulis besar dimedia konflik antara kelompok ini dan kelompok itu.

Akhirnya sudah bisa diprediksi, warga yang merasa sesuku serumpun langsung menerjemahkannya sebagai konflik antar suku. wahhh gawat jadinya...

Sekali lagi... untungnya masih ada Bhineka tunggal Ika!! semoga tetap digenggam oleh garuda, dan setiap jiwa merah putih. apapun masalahnya,,,,




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline