Lihat ke Halaman Asli

Antara Negara atau Rumah Jagal Raksasa

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tulisan ini hadir karena saya terilhami dari perkataan seorang Tokoh yang sangat populer dalam tradisi filsafat dan politik yaitu Mikhail Bakunin, dia pernah berkata bahwa “Negara itu seperti rumah jagal raksasa atau kuburan mahaluas, dimana semua aspirasi riil, semua daya hidup negeri masuk dengan murah hati dan suka hati dalam bayang-bayang abstraksi tersebut, untuk membiarkan diri mereka dicincang dan dikubur”. Apa yang dikatakan Bakunin adalah sebuah bentuk nyata dari sebuah negara pada umumnya di seluruh dunia dan hal tersebut bukan sebuah kebohongan tetapi sebuah realita yang kita saksikan bahkan kita rasakan saat ini utamanya di Indonesia.

Republik ini sejak berdirinya telah banyak melukiskan betapa kejamnya negara terhadap elemen penting dalam berdirinya sebuah negara yaitu rakyat, padahal jika kita melihat konsepsi dari negara itu sendiri dalam undang-undang manapun sangat pro terhadap rakyatnya akan tetapi prakteknya kemudian begitu kotor dan sadis, coba kita lihat dalam undang-undang dasar 45 dimana di dalamnya sangat jelas tercantum fungsi dan tujuan negara Indonesia yaitu: (1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, (2) Memajukan kesejahteraan umum, (3) Mencerdaskan kehidupan bangsa, (4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Tujuan-tujuan yang selama ini dijunjung tinggi dan diajarkan di sekolah-sekolahtidak lebih dari sebuah kertas lusuh yang tidak berharga, betapa tidak karena apa yang selama ini rakyat ketahui dan rakyat harapkan tidak semanis apa yang mereka ucapkan dalam setiap pembacaan pembukaan undang-undang dasar 45 di setiap pelaksanaan upacara bendera.

Negara hari ini tentang siapa yang punya kuasa, tentang siapa yang punya uang, tentang siapa yang punya dominasi besar, dan tentang siapa yang harus dijagal karena menghalangi cita-cita busuk penguasa, elite politik, dan korporasi, bukan negara yang tentang siapa yang harus dilindungi, tentang siapa yang harus disejahterakan, dan tentang siapa yang harus dicerdaskan. Banyak orang yang mengetahui hal tersebut namun bungkam karena mereka takut, tidak peduli karena mereka lebih mementingkan kepentingannya sendiri, dan tidak mau tahu karena mereka berpikir bagaimana menyamankan posisi dengan aman, sebuah kondisi dimana suasana keruh sengaja diciptakan dan membuat semuanya menjadi apatis bahkan takut untuk berkata benar, agar praktik penjagalan berjalan dengan sukses tanpa ada hambatan, Peter Kropotkin pernah berkata “dan ada orang-orang seperti kita, yang melihat dalam negara bukan Cuma bentuk aktual dan segala bentuk dominasi yang diembannya, namun dalam esensinya yang sejati, sebuah rintangan bagi revolusi sosial.”, sekali lagi saya mengatakan ini adalah sebuah realita yang terkadang banyak orang menutup mata terhadap kekaburan dan kekacauan yang ada di pelupuk mata mereka, mungkin mereka takut untuk berkata benar jika itu memang benar, dan salah jika memang itu salah, inikah orang-orang yang dibentuk oleh negara ? yang katanya mencerdaskan kehidupan bangsa, yang katanya ingin membuat orang-orang bermoral dan berbudaya, tetapi sampai sekarang selalu memperbudak, mengeksploitasi, dan menghancurkan mereka, persaingan kotor para elite dalam kubu partai maupun dalam pemilu, korupsi para elite politik, skandal yang dilakukan oleh pemuka agama yang korup, serta kejahatan korporasi seperti perampasan tanah adalah bukti bahwa negara adalah sebuah monster yang menakutkan, bukan sebuah wilayah yang menyediakan berbagai macam layanan yang begitu memanjakan tuanya yaitu rakyat.

Negara semestinya penuh dengan kesenangan yang memanjakan, segala kebutuhan dapat didapatkan dengan mudah, rasa aman dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali dengan nyata bukan sekedar janji, dan hal tersebut memang harus ada karena hak rakyat adalah untuk dilayani, bukan disakiti di dalam sebuah rumah jagal raksasa yang setiap detik akan memenggal kepala siapa saja dan menyisakan derita terhadap para korban yang antri untuk dieksekusi. Mari berbuat dengan sebuah pergerakan yang terus berlanjut, tidak bersifat spontan dan putus di tengah jalan, tanpa sebuah penghianatan terhadap arti dari sebuah kemanusiaan, mari berkata benar jika itu memang benar dan salah jika itu memang salah dan jangan takut mati jika itu memang kebenaran, sekian.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline