Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memberikan laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dunia yang tergabung di dalam organisasi IPCC. Dalam laporan yang dirilis pada tanggal 09 Agustus 2021 mengungkapkan bahwasannya, para ilmuwan memprediksikan dalam 20 tahun kedepan bencana dan cuaca ekstrim yang melanda Bumi tidak dapat dikendalikan lagi.
Pemanasan global saat ini tengah terjadi di Dunia, bahkan dampak yang ada telah dirasakan oleh seluruh negara dunia tanpa terkecuali. Tercatat hingga kini terjadi peningkatan suhu bumi sebesar 1.1 oC, yang diakibatkan oleh aktivitas manusia antara lain seperti pembakaran bahan bakar fosil yang dilakukan oleh manusia. Akibatnya emisi sisa pembakaran gas akan terkumpul di atmosfer dan menyebabkan kerusakan pada lapisan ozon. Salah satu dampak adanya kenaikan suhu bumi, belakang ini sering kali dirasakan yakni dengan peningkatan intensitas hujan, musim kemarau berkepanjangan, hingga terjadinya gelombang panas ekstrem yang terjadi, bahkan yang terparah yakni adanya kebakaran pada ratusan titik yang ditemukan pada wilayah benua Eropa dan Amerika.
Selain itu, kejadian kebakaran dalam skala besar yang terjadi di Siberia merupakan salah satu bukti bahwa kenaikan suhu bumi bukan lah yang dapat diremehkan dan dipandang sebelah mata. Siberia, merupakan salah satu wilayah di Belahan Bumi yang paling dingin. Kondisi ini menyebabkan para ilmuwan dengan berani memberikan kode merah atas aktivitas yang dilakukan oleh manusia yang apabila terus menerus dilakukan tanpa adanya upaya pengurangan penggunaan bahan bakar fosil dan upaya pelestarian lingkungan, maka bukan tidak mungkin dalam kurun waktu 20 Tahun kedepan, Bumi akan dilanda bencana dan cuaca ekstrem secara berkepanjangan yang akan berdampak buruk serta merugikan umat manusia yang ada didalamnya. Penggunaan bahan bakar fosil menjadi penyebab utama kenaikan suhu bumi, hal ini telah melalui penelitian mendalam dengan 14 ribu sampel yang digunakan.
Terjadinya pemanasan global saat ini ditengah kondisi bumi, selain mempengaruhi kondisi lingkungan dan iklim yang ada, juga memberikan dampak pada kehidupan sosial masyarakat. khususnya bagi, masyarakat yang mengandalkan keadaan cuaca, seperti halnya sektor pertanian dan perikanan. Apabila kondisi ini terus berlangsung dan tidak ada upaya perbaikan, maka kelangkaan bahan pangan kedepannya juga dapat terjadi, hal ini dikarenakan, sektor pertanian yang merupakan penyedia utama bahan pangan tidak dapat berproduksi dengan optimal karena keadaan cuaca yang tidak mendukung. Kemudian, karena adanya kelangkaan bahan pangan Dunia, masalah lainnya akan muncul yakni kelaparan Dunia yang akan menyebabkan banyaknya angka gizi buruk hingga kematian. Berbicara mengenai kondisi iklim Dunia saat ini dengan adanya pemanasan global, maka efek yang ditimbulkan akibat adanya pemanasan global ini bukan hanya berkaitan dengan pemanasan, perubahan cuaca atau bencana alam saja, akan tetapi efek yang ditimbulkan akan lebih kompleks karena banyak sector kehidupan manusia yang mengandalkan cuaca.
Kapitalisasi fosil merupakan istilah yang dikenal oleh masyarakat luas akan penggunaan bahan bakar fosil yang dieksploitasi secara berlebihan. Pada nyatanya kerusakan bumi, juga akan menjadi sumber kerusakan dan keterpurukan perekonomian dunia. Ekonom dunia Solomon Hsiang menyatakan bahwasannya, setiap terjadinya peningkatan suhu bumi sebesar 1 oC, hal ini juga akan berimbas pada penurunan ekonomi sebesar 1%. Hingga timbulah analisa bahwasannya pada akhir abad 2000 an pendapatan perkapita akan turun sebesar 23% apabila, kerusakan lingkungan tidak segera diatasi. Data ini diperkuat oleh pernyataan bank dunia yang melakukan estimasi bahwa diperkirakan sekitar 132 juta orang akan jatuh ke angka kemiskinan ekstrim akibat adanya kerusakan iklim bumi.
Hal ini dikarenakan hilangnya mata pencaharian mulai dari turunnya produktivitas pertanian, penurunan pada produktivitas tenaga kerja yang ada di outdoor hingga terjadinya kelangkaan sumber pangan, kenaikan harga bahan -- bahan pokok kelaparan dan kematian. Emisi karbon yang saat ini terus terjadi, juga akan dapat menungkinkan turunnya 12% GDP perkapita mengalami penurunan hampir 50% akibat terus terjadinya emisi karbon di Bumi. Dapat dibayangkan bagaimana perekonomian dunia akan dapat carut marut akibat perubahan iklim yang terjadi, dan membuat kekacauan bukan hanya pada sektor lingkungan saja, tetapi juga pada sektor perekonomian Dunia.
Bahkan NFGS yang merupakan kelompok bank sentral dunia menyatakan bahwasanya angka penurunan ekonomi dunia dapat mencapai angka 13% akibat pemanasan global. Sementara para ahli ekonom reuters memperkirakan angka penurunan ekonomi dunia sebesar 18% akibat adanya kerusakan iklim. Negara -- negara yang berada di kawasan benua Asia dan Afrika menjadi sumber ancaman terbesar atas perubahan dan kerusakan global ini,penurunan pendapatan capital diproyeksikan akan berada di angka 15% pada negara -- negara yang berada di dua benua tersebut.
Ancaman akan kerusakan iklim yang semakin nyata dan dapat menyebabkan penurunan ekonomi dunia, tak lantas membuat negara -- negara di Dunia bergerak dan bertindak tegas. Hal ini dibuktikan dengan kegagalan yang terjadi pada COP25 yang merupakan konferensi internasional untuk membahas mengenai perubahan iklim. Inflasi menjadi salah satu ancaman nyata yang ada di depan mata, apabila kerusakan iklim tidak segera ditanggulangi, maka kerugian dan keterpurukan perekonomian dunia tidak dapat dihindari di depan mata. Para negara -- negara adidaya seperti Amerika dan China juga akan mengalami penurunan pendapatan perkapita apabila kerusakan lingkungan dan perubahan iklim serta tingginya angka emisi karbon tidak segera dapat teratasi. Perbaikan Iklim di Bumi menjadi salah satu upaya untuk dapat pula menjaga perekonomian dan pendapatan perkapita agar kedepannya tidak terjadi krisis global secara berkepanjangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H