Jadi begini saja. Semua sepakat, baik ulama maupun awam bahwa sahabat Rasulullah itu tidak ma'sum. Berarti ribuan sahabat itu mempunyai peluang untuk berbuat kesalahan dan kekeliruan. Bila mengacu pada Al-Quran hanya Rasulullah yang ma'sum. Dan Ahlul Bait nya (Al Ahzab 33). Semua setuju. Perbedaan yang terjadi adalah tentang siapa Ahlul Bait Nabi Itu. Syiah tetap berpendapat bahwa Ahlul Bait Nabi itu ya hanya 12 orang saja atau 14 manusia suci, dari Rasulullah, Sayyidah Fatimah, Imam Ali, Imam Hasan, Imam Husein dst sampai Al Mahdi. Ahlusunnah memutuskan Ahlul Bait itu istri-istri Nabi, keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga Abbas (hadis Muslim, dsb). Atau hanya terbatas pada istri istri Nabi.
Rasul juga berpesan untuk berpegang kepada 2 hal sepeninggal beliau. Ada 2 pendapat juga disini. Ahlusunnah menyebut 2 hal itu adalah Al Quran dan Sunnah (khulafaur rasyidin atau sahabat), syiah menyebut AlQuran dan Ahlul Bait Nabi yang terbatas 12 orang.
Bagaimana saya bersikap? Ayo deh liat sejarah. Sejarah berbicara bahwa pernah terjadi peperangan antara Imam Ali berhadapan dengan Ummul Mukminin Aisyah. Logika sederhana saya berbicara, tak mungkin terjadi peperangan antara 2 manusia maksum. Karena maksum tak hanya berarti terbebas dari dosa, tapi juga terbebas dari sikap gegabah atau tak mudah termakan fitnah. Maka, bila kita setuju dengan itu, saya berhak untuk memilih pihak mana yang salah dan tentu sudah menjadi sifat dan keinginan manusia untuk mengikuti yang sempurna. Logika kita akan sulit menerima pembolehan untuk mengikuti seseorang yang pernah atau bisa salah. Saya hanya akan memegang sahabat yang tak pernah salah sepanjang hidupnya. Menurut saya Imam Ali berada dalam kebenaran.
Silahkan anda memihak pada Ummu al Mukminun. Konsekwensi logisnya adalah anda harus meletakkan Imam Ali pada posisi yang salah. Silahkan saja. Karena saya tetap berpendapat bahwa sikap memihak pada satu pihak adalah sikap yang paling masuk akal. Dengan begitu, membenarkan keduabelah pihak yang bertikai, yang telah memakan korban ribuan prajurit, menjadi tak masuk akal.
Lalu rujuk lah ia dalam keberagamaan anda. Seperti halnya saya yang terus akan berpegang pada AlQuran dan Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh ahlul bait Nabi yang maksum.
Walaupun tak masuk akal juga untuk menolak kebenaran dari siapapun. Bukankah hikmah bisa datang dari siapa saja?
Bila ketika saya hanya berpegang pada Ahlul Bait Nabi, anda lalu mengatakan saya mencaci maki istri istri Nabi dan para Sahabat hanya karena saya tak merujuk mereka, itu hanya berarti bahwa anda butuh rekreasi. Saran saya bersantailah di puncak gunung sejenak. Jangan lupa merenung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H