Lihat ke Halaman Asli

Rintik Ilahi

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rintik Ilahi

terik muali berlalu

ketika mentari mulai meuju peraduan

disana di kamar sepia nan dingin aku tertunduk lesu

perut yang kosong karena kewajiban

mebembuat diri semakin gelisah

terduduk diara lorong kosong

tanpa kawan atau lawan

hanya desir angin yang terdengar bernyanyi sayup

ketika gejolak semakin memuncak

terbesit dihari untuk mendustai diri

dengan berlalri lalu ersembunyi

mencoba kabur demi terapai nafsu diri

ketika kaki mulai melangkah

hendak berlari demi tercapai gelora dalam hati

namun dari jauh terdengan ribuan kaki tengah berlari

menghampiriku yang menadakna kepala di atas lemari

ripanya kaki- kai hujan telah berpacu

menghantam umi yang sepia sedari tadi

rupanya rintik-rintik ilahi

ikut menagis melihatku sudah menyerah pada diri sendiri

ketika itu aku tersadah

rupanya ini hanya cobaan sang ilahi

yang mengingatkanku untuk tabahkan hati

mennagis merap akan kesalahan ini

hanya ini ucapku untuk memohon maaf pada ilahi.

karya: casrono

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline