Lihat ke Halaman Asli

Makna Kesunyian dan Keikhlasan dalam Puisi "Hujan di Bulan Juni" Karya Sapardi Djoko Damono

Diperbarui: 4 Januari 2025   02:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Puisi Hujan di Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono merupakan salah satu karya sastra Indonesia yang paling dikenang. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini menggambarkan kesunyian, keikhlasan, dan cinta tanpa pamrih. Dalam puisi ini, hujan menjadi metafora yang kuat untuk menyampaikan pesan tentang penerimaan, kasih sayang, dan keikhlasan.

Analisis Makna Puisi

Sapardi membuka puisinya dengan gambaran hujan di bulan Juni yang "enggan jatuh" ke bumi. Pada bulan Juni, hujan jarang terjadi karena merupakan puncak musim kemarau di Indonesia. Namun, hujan tetap turun meskipun tidak diharapkan. Di sini, hujan menjadi simbol keikhlasan yang tidak mengharapkan balasan.

Tak ada yang lebih tabah

dari hujan di bulan Juni

dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu

Hujan digambarkan sebagai sesuatu yang tabah, memendam rindunya sendiri tanpa mengungkapkan perasaannya secara langsung. Ini mencerminkan cinta yang diam, cinta yang tidak menguasai, melainkan memberi tanpa meminta imbalan.

Keheningan dan Kesunyian

Sapardi juga menggambarkan kesunyian hujan sebagai bentuk penerimaan. Hujan yang jatuh di bulan Juni tidak meratap atau memberontak terhadap kondisi alam yang tidak mendukung. Kesunyian ini melambangkan kebijaksanaan dan kedewasaan dalam menghadapi keadaan, menerima sesuatu apa adanya tanpa banyak keluh.

Tak ada yang lebih bijak

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline