Pilgup DKI semakin memanas dihari-hari terakhir pendaftaran bakal calon Pilgup DKI 2017 berbagai kejutan terjadi. Setelah PDIP resmi mendukung pasangan petahana Ahok-Djarot partai-partai lawan Ahok pun kelimpungan. Koalisi kekeluargaan yang sejak awal ingin melawan Ahok pun akhirnya bubar jalan. Koalisi kekeluargaan yang katanya solit dan kokoh akhirnya kocar kacir entah linglung atau bingung. Pasalnya dihari-hari terakhir pendaftaran mereka masih belum mempunyai bakal calon yang akan diusung untuk melawan Ahok.
Partai-partai lawan Ahok pun berlomba-lomba mencari bakal calon yang bisa mengalahkan sang petahana Ahok-Djarot. Berbagai calon dibongkar pasang untuk mencari pasangan mana yang cocok dan ideal untuk bisa maju dalam Pilgub DKI 2017. Mereka sampai rela 2 hari begadang entah mencari wangsit atau apa untuk memilih pasangan yang tepat untuk melawan Ahok.
Setelah mereka sepakat akan mengusung satu pasang calon untuk head to head dengan Ahok akhirnya pun kandas juga. Setelah partai Gerindra yang sebelumnya sudah mendeklarasikan jagoannya yaitu Sandiaga Uno untuk maju sepertinya tidak rela bila sandiaga harus menjadi cawagub. Ya maklum saja karena Gerindra adalah partai lawan Ahok yang mempunyai kursi terbanyak yaitu 15 kursi masak cuma ditawari cawagub, Gerindra mau tidak mau harus bisa mencalonkan cagub.
Akhirnya koalisi lawan Ahok pun pecah yang sebelumnya mereka fokus untuk satu pasang calon mereka akhirnya harus mengusung pasangan masing-masing. Partai Gerindra dan PKS pun sepakat mengusung pasangan calon sendiri begitupun Partai Demokrat, PPP,PKB dan PAN yang membentuk koalisi Cikeas.
Koalisi Cikeas Antara Bingung dan Terpaksa
Diwaktu yang sangat singkat sekali koalisi cikeas masih belum deal juga siapa pasangan yang akan diusung di Pilgub DKI 2017. Partai-partai ini hanya fokus Asal Bukan Ahok , Mereka lupa ingin melawan Ahok tapi tidak mempersiapkan kadernya mereka tidak lakukan kaderisasi pemimpin sejak awal, alhasil dibabak akhir pendaftaran mereka kebingungan dan kelimpungan.
Mungkin karena terpaksa atau bingung karena suasana sudah genting munculah calon pasangan Agus Yudhoyono yang tidak lain adalah anak pak SBY dan Sylviana Murni yang saat ini menjabat Deputi Gubernur DKI bidang Kepariwisataan dan Kebudayaan yang tidak lain adalah anak buah Ahok.. Apakah ini yang dinamakan koalisi kekeluargaan mereka mengusung keluarga sendiri untuk maju di Pilgub DKI. Agus Yudhoyono yang notabene seorang prajurit TNI sama sekali belum merasakan dunia politik harus dijadikan Calon Gubernur, sementara Sylviana Murni yang pernah menjabat sebagai Walikota Jakarta Pusat 2008-2013 harus rela menjadi cawagub.
SBY Mengorbankan Anak Sendiri
Entah apa yang dipikirkan SBY harus rela mengorbankan anak sendiri yang sedang berjuang sebagai prajurit TNI dan terpaksa harus mundur dari TNI, SBY menghancurkan mimpi anaknya untuk menjadi seorang Jendral demi keinginan orang tuanya untuk bisa maju di Pilgub DKI dan menjadi seorang politisi. Apa mungkin ini masih suasana Idhul Adha bahwa seorang ayah harus rela mengorbankan anaknya atau ini adalah bagian dinasti politik SBY. Pencalonan Agus yudhoyono sebagai cagup DKI terlalu dini karena saat ini dia masih berpangkat mayor, bukankan mimpi setiap prajurit tentara adalah menjadi seorang Jendral.. Apalagi track record Agus yudhoyono di politik yang masih belum ada apa-apanya. Bagaimana harus menghadapi bandit-bandit Ibukota yang bringas dan kejam. Mungkin tidak ada pilihan lain bagi koalisi Cikeas karena waktu juga yang sudah sangat mepet entah mereka bingung atau terpaksa mereka harus mengambil keputusan yang beresiko tinggi.
Untuk warga Jakarta apa mau coba-coba sesuatu yang beresiko yang sama sekali belum teruji untuk 5 tahun kedepan, nasib warga Jakarta ada di tangan mereka sendiri.
Salam Kompasiana