Lihat ke Halaman Asli

Akademizi

Konsultan

Digital Fundrasing Harus Membangun Kepercayaan dan Kedekatan dengan Donatur

Diperbarui: 21 Februari 2024   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dea Sunarwan (Dok Akademizi)

Lembaga harus menjalin kepercayaan dan kedekatan donatur ketika melakukan digital fundrasing. Sistem broadcast melalui WhatsApp (WA) ke setiap individu harus disertai komunikasi yang baik agar mendapatkan donatur.

"Digital fundrasing harus membangun kepercayaan dan kedekatan dengan donatur," kata Direktur Deft.ID Dea Sunarwan di Expert Talk bertemakan "Strategi Optimalisasi Penghimpunan Digital Ramadhan" yang diselenggarakan Akademizi, Rabu (21/2/2024).  

Dea Sunarwan mengatakan, digital fundrasing melalui WA broadcast pada 2021 sampai 2022 mengalami penurunan karena manusia mengalami titik jenuh. Apalagi satu donatur dihubungi banyak lembaga. "Pada 2023 banyak yang WA lembaga yang terblokir ketika broadcast. WA mengalami perubahan algoritma dan memperketat broadcast," ungkapnya.

Di era Blackberry Messengger (BBM), Dea Sunarwan dan timnya bisa melakukan penghimpunan secara digital mencapai Rp 63 miliar. "Orang kaya yang mempunyai Blackberry. Ini segmentasi yang kami bidik," jelasnya.   

Kata Dea Sunarwan, digital fundrasing tidak bisa lepas trend, karena konteks digital dinamis. "Trend yang kita pelajari," jelasnya. 

Untuk Ramadhan, masyarakat Indonesia mencoba untuk berinteraksi dengan berbagai brand dan mereka melakukan pembelian berbagai momen penting. Pada H-30 Ramadhan, 12 persen masyarakat akan membeli sepeda motor, 7 persen membelanjakan peralatan rumah tangga. Lembaga bisa menyasar masyarakat yang ingin membeli motor dengan membuat konten video yang isinya dakwah pedalaman yang membutuhkan motor.

"Pada Ramadhan 19 persen membelanjakan kuliner, 12 persen membeli gadget dan elektronik dan 28 persen belanja pakaian. Pada H+30 Ramadhan 12 persen masyarakat mengeluarkan uangnya untuk liburan dan rekreasi," paparnya.

Dalam aktivitas digital, kata Dea Sunarwan donatur mendapatkan program tidak linier untuk berdonasi. Para donatur mencari, mencoba melihat lembaga apalagi pasca kasus lembaga kemanusiaan terseret hukum. "Terlebih lagi ada buzzer liberal menggoreng lembaga mencari duit," jelasnya. 

Menurut Dea Sunarwan, masyarakat yang mendapatkan program dari lembaga mencari informasi dulu. Dilihat kredibilitas lembaga dan tidak ribetnya dalam berdonasi. "Kalau ada donatur mencari informasi langsung ke Customer Relationship Management (CRM). Donatur sekarang mendapat informasi dan tidak langsung berdonasi," ungkapnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline