Lihat ke Halaman Asli

Akademizi

Konsultan

Amil Jangan Merasa Berkuasa di Depan Mustahik

Diperbarui: 17 November 2023   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nana Sudiana (Dok Pribadi)

Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi, Associate Expert FOZ)

Amil bukan jabatan bergengsi, apalagi simbol kehormatan dan puja-puji, pun bukan pula perlambang pencapaian kesuksesan. Toh amil juga bagian dari delapan mustahik yang disebutkan dalam al-Quran surat at-Taubah ayat 60. Karena bagian dari mustahik, Amil tak boleh bangga hati apalagi merasa kuasa di hadapan tujuh mustahik lainnya. Sepanjang menjadi amil, ia harus disebut mustahik yang melayani mustahik lainnya. Keseluruhan pengabdiannya tak sama sekali mengubah statusnya sebagai mustahik zakat. Amil adalah mustahik.

Sebagai manusia biasa, amil juga pastilah punya harapan dan inginan. amil juga bukan robot yang tak punya rasa lelah dan beban masalah dalam hidupnya. Walau demikian, seorang Amil harus mampu menopang dua beban sekaligus dalam hidupnya, yakni beban diri dan keluarganya serta beban pekerjaan dirinya sebagai amil yang (harus) amanah. Walau kaki dan pundak amil bukanlah pilar yang sempurna menopang setiap masalah yang ada, mereka selalu harus merasa kuat bisa melangkah dan menemukan masalah yang dihadapinya ketika bertugas menjadi amil.

Para amil, layaknya para pejuang, penetas kebaikan-kebaikan yang terus dilakukan dan dikembangkan untuk memperbaik dan bangsa. Amil bekerja keras untuk merintis kemudahan hidup mustahik agar hidupnya lebih baik. Cita-cita amil tak lain agar para mustahik yang ditangani dan dikelola mampu keluar dari kegelapan hidup dan menuju cahaya dalam dekapan hidayah kebaikan Islam. Para Amil walaupun mungkin sebagiannya tak bisa berceramah di mimbar-mimbar untuk menyeru jalan kebaikan, namun percayalah seluruh aktivitas dan bantuan yang diberikannya juga bagian dari dakwah tanpa ceramah. Amil terkadang malah lebih dari itu, yakni bersedia berhari-hari menemani segala derita para mustahik hingga mereka tegar dan kembali melangkah.

Para amil itu jiwanya merdeka, tak tahan atas penglihatannya bila ada yang menderita. Amil rata-rata juga sensitif bila ada mereka yang datang dan membutuhkan. Para amil biasa atsar (mendahulukan saudaranya seiman) bila ada urusan yang menyangkut kebaikan. Namun, jangan salah, untuk urusan pengorbanan dan risiko, para amil sanggup menanggung beban dirinya dibandingkan menyuruh atau meminta tolong amil lainnya. Amil yang rata-rata terdidik dalam medan dakwah pelayanan, tahu betul kapan mereka maju ke depan dan kapan menahan dirinya dari situasi yang ada. Amil-amil yang ada juga sadar sepenuhnya bahwa mereka sejatinya pendakwah. Mereka akan menjadi uswah bagi lingkungan sekitar tempatnya berada.

Sebagai penggerak kebaikan, amil merupakan harapan mustahik akan cerahnya masa depan hidup mereka. Nilai-nilai amil ialah nilai- nilai dakwah. Dengan nilai inilah mereka menyatu dengan elemen umat lainnya untuk bersama memperbaiki keadaan masyarakat. Amil akan menjadi bagian perubahan kebaikan yang akan terus bergerak secara kontinu dalam membawa nilai-nilai kebaikan di masyarakat.

Pergerakan ini akan terus melaju tak terbatasi waktu. Ketika seseorang berhenti secara struktur dari amanahnya sebagai amil, bila jiwanya telah tercelup nilai-nilai keamilan, maka sebagai amil sejati ia tak akan pernah merasa berhenti atau lulus dari spirit amil.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline