Lihat ke Halaman Asli

Rahmad Agus Koto

TERVERIFIKASI

Generalist

Mengurai Dalamnya Makna Tungkek Mambao Rabah

Diperbarui: 28 Agustus 2024   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto bersama kami sekeluarga (dokpri)

Baru kemaren sih saya mendengar lagu Minang ini. Pas nyari-nyari di YouTube, ternyata lagu yang sedang viral-viralnya. Ah, apa aku gak seapdet itu ya. Duh.

Langsung jatuh cinta. Love at first sight. Eh, at first listen ya. Terutama pada isi liriknya. Relatif sederhana memang, tapi ya kok rasanya kenak kali, nyata sekali, hingga menyentuh bagian hati yang paling peka. Terus terang, mataku gak terasa langsung basah, air mataku beneran mengalir. Autoingat keadaan kami beradik berkakak sekarang-sekarang ini, terutama selepas Mama yang telah mendahului kami. Secara harfiah, kami sekarang bagai anak ayam kehilangan induknya. 

Intinya tentang pentingnya kesatuan kekeluargaan, persaudaraan. Kalau mau main-main inti ya sebatas itu saja. Yang sangat menarik itu uraiannya, ulasannya atau prosesnya. Saripati hikmah atau makna kehidupan ya ada di situ. Kalau mau main-main inti doang, lahir-hidup-mati, udah, the end.

Oke oke. Lanjut.

Teman-teman pembaca tentunya taulah ya cerita filem seri Fast and Furious. Ketika menganalisis seluruh lirik lagunya, entah gimana, yang pertama kali keingat kok ya filem itu. Padalan filem tentang pentingnya kekeluargaan mah bejibun yak. Mungkin karena dihiasi dengan aksi-aksi yang epik kali ya. Jangan tanya deh soal masuk akal gak masuk akal. Yang penting aksi-aksinya seru, full style. Menghibur mata dan telinga.

Dari cerita filem itu kita peroleh bahwa untuk keutuhan keluarga, kepentingan keluarga, apapun akan dilakukan secara habis-habisan, gak pakek nanggung. Asal jangan demi itu, menguasai dan merampok uang negara, uang rakyat pun dihalalin demi foya-foya keluarga, pelesiran kemana-mana. Seperti yang sedang kejadian. Eh, stop!

Baiklah. 

Secara biologis, tepatnya genetis, saya asli lahir dari kedua orangtua suku Minang Kabau. Secara sosial saya lahir dan besar hingga SMA di Toba Land. Jadi, bahasa dua-duanya ya cukup fasihlah. Yap, kita asli anak perantauan.

Mari kita uraikan liriknya, lebih kepada maknanya ya, bukan terjemahan kata per kata.

[Dakek caliak mancaliak. Jauah jalang man jalang. Sakik basilau sanang bahambauan. Baitulah badunsanak jo basudaro]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline