Lihat ke Halaman Asli

Rahmad Agus Koto

TERVERIFIKASI

Generalist

Generasi Covid-19, (Jadi) Generasi Liar?

Diperbarui: 18 November 2021   17:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa waktu yang lalu, seorang Ustadz yang mengajar di salah satu pesantren terkemuka di Sumatera Utara, mengeluhkan karakter anak-anak asuhnya yang baru masuk kelas satu SMP pada pertengahan tahun ini kepada Umminya Aqyla dan Faqih.

Karakter mereka sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka umumnya jadi susah diatur, cuekan, dan sebagian malah suka melawan.

Apa mungkin karena dampak dari model pengelolaan pandemi yang diterapkan oleh pemerintah terhadap sistem pendidikan anak sekolahan?

Bukan, dalam hal ini saya sama sekali tidak bermaksud menyalahkan cara-cara yang digunakan oleh pemerintah dalam menangani dampak pandemi Covid-19. Sebaliknya, saya cukup mengapresiasi pemerintah.

Aqyla, putri kami, masuk SMP pesantren sekitar tiga-empat bulan setelah pemerintah mengumumkan adanya kasus Covid-19 di negara kita. Sehingga tidak begitu lama merasakan bagaimana keadaan generasinya di luar pesantren. Sedangkan AA Faqih, putra kami, masuk SMP pada pertengahan tahun ini. Jadi, Faqih sempat merasakan dampak penanganan pandemi secara langsung selama setahun lebih.

Kami orangtuanya, cukup merasakan adanya perbedaan karakter antara Aqyla dan Faqih. Aqyla cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya, betah malah. Sedangkan adiknya, agak berbeda. Terasa agak susah dinasehati dan menunjukkan sejumlah tanda-tanda stres.

Saya coba mengingat-ingat kembali bagaimana keadaan Faqih setahun sebelum masuk pesantren. Hidupnya cenderung tidak teratur selama masa pandemi.

Tidak sebagaimana biasanya sebelum status pandemi ditetapkan oleh WHO pada tanggal 9 Maret 2020 dan ditetapkan sebagai bencana nasional oleh pemerintah pada tanggal 14 April 2020, dimana setiap pagi sekitar jam tujuh kegiatan rutinnya berupa mandi, sarapan, mengenakan seragam sekolah dan berangkat ke sekolah. Setelah mengikuti kegiatan pendidikan, pulang sekitar jam tiga. Pada malam harinya mengerjakan PR atau melakukan persiapan sekolah untuk keesokan harinya.

Kegiatan-kegiatannya tersebut, sifatnya membentuk karakter kedisiplinan anak sekolahan.

Sedangkan di masa pandemi, keadaanya bisa dikatakan jadi berubah total.

Belajar online dari rumah dengan metode pembelajaran yang absurd melalui gadget yang memancarkan radiasi dan waktunya relatif singkat. Selanjutnya main hape, nonton tivi, sesekali membaca buku, komik atau majalah. Hampir tidak ada kegiatan-kegiatan sosial bersama teman-teman sebayanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline