Lihat ke Halaman Asli

Rahmad Agus Koto

TERVERIFIKASI

Generalist

Persiapkan Diri Menghadapi Gelombang Kedua Covid-19

Diperbarui: 19 Mei 2020   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: National Museum of Health and Medicine/Universal History Archive-Universal Images Group.

Secara akademis, terjadinya sejumlah gelombang yang merupakan visualisasi grafik fluktuasi data kasus dalam peristiwa wabah adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari.

Ya, termasuk pandemi Covid-19.

Namun, dampaknya bisa ditekan serendah mungkin atau bisa diminimalisir dengan manajemen resiko yang baik oleh pihak yang berwenang dan oleh diri kita sendiri jauh hari sebelum masa kejadiannya.

Gelombang kedua, ketiga, dst hingga wabah bisa dieradikasi (dimusnahkan) merupakan sifat alamiah wabah yang sifatnya baru. Jumlah yang terinfeksi dan yang meninggal dalam gelombang kedua biasanya naik dengan drastis.

Dalam kasus pandemi Influenza pada tahun 1918-1919 yang sering juga disebut dengan Spanish Flu, jumlah kematian pada gelombang kedua, lima kali lipat dari gelombang pertama.

Secara total, sebanyak 500 juta orang yang terinfeksi (sepertiga dari jumlah penduduk dunia pada saat itu). Yang meninggal sebanyak 50 juta orang. Semuanya terjadi dalam rentang waktu 12 bulan. Pandemi yang sangat bersejarah ini disebabkan oleh virus H1N1 Influenza (Jeffery KT & David M.M. Emerg Infect Dis. 2006).

Sementara itu, hingga saat ini jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 di seluruh dunia sebanyak 4.628.903 dan yang meninggal sebanyak 312.009 (WHO, 18 Mei 2020).

Gelombang Kedua, Kapan?

Berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap perkembangan wabah besar ini semenjak Januari 2020 yang lalu. Telah menelaah sekian banyak jurnal penelitian dan artikel sains terbaru terkait virus SARS-CoV-2 dan Covid-19, intuisiku mengatakan bahwa dari Januari hingga Juli 2020 nanti adalah fase "penyebaran dan penanaman benih", khususnya di Indonesia.

Situasi dan kondisinya yang "hanya gini-gini aja", terasa tidak seseram yang dibayangkan oleh sebagian orang. Sikon yang membuat sebagiannya lagi menganggap bahwa Covid-19 tidak begitu berbahaya dan menyikapinya dengan "slowdown".

Juli hingga September masih juga "gini-gini aja", grafik kasus naik turun, ada lonjakan, menurun lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline