Pengaruh penambahan Pupuk ZA (Ammonium Sulfat) dalam media fermentasi nata de coco oleh bakteri Acetobacter cs sangat signifikan dalam hal kuantitas dan kualitasnya.
Namun mengingat pemerintah telah melarang penggunaan pupuk ZA yang tertuang dalam PK BPOM RI NO 7 2015 (meski menurutku alasannya tidak kuat, yang telah saya jelaskan dalam beberapa artikel) dan sembari menunggu pabrik kimia lokal (Petrokimia) memproduksi ZA Food Grade (entah kapan pun ada di pasaran... -,- ), daripada produksi berhenti atau was was ada baiknya menggunakan sumber nitrogen alternatif yaitu ekstrak kacang hijau atau ekstrak kecambah tauge (salah satunya).
Ektrak tauge, 1000 gram untuk 100 liter air kelapa. Ekstrak tauge diblender halus, disaring dan ampasnya dibuang.
Ekstrak kacang hijau, 500 gram untuk 100 liter air kelapa. Ekstrak kacang hijau diblender halus, disaring dan ampasnya dibuang.
Secara ilmiah atau dari sudut pandang produksi, penambahan ekstrak ini memang lebih baik daripada pupuk ZA, karena kandungan gizinya yang relatif tinggi. Selain sebagai sumber nitrogen, juga sebagai sumber tambahan vitamin dan enzim. Zat-zat kimia ini dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk sel-sel baru dan untuk "menjalin" serat selulosa mikrobial (nata de coco) dari molekul-molekul glukosa.
Namun secara bisnis, perbedaan biayanya cukup berbeda, khususnya untuk produksi harian yang lebih besar dari 500 kg nata de coco per hari.
Semoga bermanfaat. Terimakasih...
Tetap semangat ya kawan-kawan petani nata de coco Indonesia... :)
Artikel Terkait