Lihat ke Halaman Asli

Rahmad Agus Koto

TERVERIFIKASI

Generalist

Polemik Rekayasa Genetika Embrio Manusia, Naik Kembali

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bulan yang lalu (April 2015) yang lalu, sekelompok ilmuwan dari RRC mengklaim telah berhasil "mengedit" atau memperbaiki DNA pada embrio manusia yang non viable (embrio yang tidak bisa menjadi manusia utuh)

Polemik klasik yang udah ada semenjak beberapa dekade yang lalupun kembali naik ke permukaan, apakah etis atau tidak merekayasa embrio manusia sebelum ianya dilahirkan.

Ahli Rekayasa Genetika, DR Antony Perry dari Bath University berpendapat bahwa tidak etis mencegah rekayasa genetika terhadap embrio manusia, bahkan bisa dianggap sebagai dosa. Upaya itu bisa mengeleminasi atau mencegah terjadinya berbagai penyakit genetis pada "manusia-manusia baru"

Ahli rekayasa genetika lainnya, Francis Collins, Direktur National Institutes of Health in Bethesda, Maryland (terlibat aktif dalam proyek kemanusiaan yang fenomenal Human Genome Project) tidak menyetujui hal tersebut berdasarkan simpulan umum para ahli terkait hal ini yang secara jumlah masih mendominasi, bahwa ada batasan yang tidak boleh dilalui dalam hal rekayasa genetika ini.

Terkait hal ini, saya jadi teringat bagaimana kaum Spartan bisa memiliki manusia-manusia yang tangguh dan secara fisik, yang divisualisasikan dengan baik dalam filem 300.

Bayi yang baru dilahirkan akan diseleksi oleh seorang ahli. Jika menurutnya bayi tersebut sehat dan kuat, maka bayi itu akan selamat, dan jika tidak maka bayi itu akan dibuang atau dibunuh.

Saya tidak bisa memastikan apakah memang benar kebudayaan Sparta seperti itu, disini saya menjadikannya sebagai analogi bahwa pada dasarnya hal itulah yang dilakukan oleh para ahli rekayasa genetika yang mengedit embrio manusia, hanya saja mereka menyeleksinya sebelum embrio itu menjadi manusia utuh...

Sampai disini saya belum bisa mengambil sikap tegas, meski memang cenderung tidak menyetujuinya...

Bagaimana menurut teman-teman pembaca?

[-Rahmad Agus Koto-]

Referensi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline