Lihat ke Halaman Asli

Rahmad Agus Koto

TERVERIFIKASI

Generalist

Orang Batak Toba yang Saya Kenal

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13338647492088832825

Saya dilahirkan di tepi Danau Toba, tepatnya di kota Balige ibukota Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Saat saya berusia lima tahun kami pindah ke Laguboti, kira-kira tujuh kilometer dari Balige. Saya tinggal disana hingga tamat SMA, dan melanjutkan studi ke Kota Medan.

Suku kedua orangtua saya Minangkabau, Ayah suku atau marga Koto dan Ibu Sikumbang. Meskipun keluarga kami sudah 35 tahun lebih hidup di perantauan, hubungan kekeluargaan dengan kampung halaman orangtua di daerah Bukit Tinggi Sumatera Barat tetap terjaga dengan baik.

Seperti kebanyakan orang Minangkabau, orangtua saya merantau ke Tanah Batak Toba dan membuka usaha rumah makan hingga sekarang.

Kami memiliki hubungan yang sangat dekat dengan beberapa keluarga Suku Batak Kristen disana, yaitu keluarga Oppung Hutahaean dan Tulang Pangaribuan. Saking dekatnya hubungan ini, Oppung Hutahaean menganggap Ibu saya sebagai putrinya sendiri dan memberikan gelar yaitu Boru Hutahaean kepadanya dalam suatu acara adat. Sedangkan Tulang Pangaribuan mengangkat Ayah sebagai adiknya dan diberi marga Pangaribuan.

Suku Batak Toba merupakan suku yang sangat menarik.

Selama tinggal di daerah Batak, saya merasakan dan mengenal benar adanya karakter yang sangat menonjol dari orang Batak yaitu suka berdebat dan memiliki sifat yang blak-blakan. Mereka cenderung tidak menyukai menyimpan perasaan, kalau ada yang tidak berkenan di hatinya langsung disampaikan kepada yang bersangkutan.

Mungkin kedua karakter inilah yang membuat banyak pengacara terkenal di negara kita berasal dari Suku Batak.

Satu hal yang mengesankan selama saya tumbuh dan berkembang di lingkungan orang Batak yang mayoritas beragama Kristen Protestan, kira-kira 95% lebih, adalah tingginya rasa toleransi mereka terhadap suku dan agama lain. Ramah, saling menghormati dan tolong menolong satu sama lain.

Setiap hari-hari besar agama, ada tradisi yang sangat menarik, misalnya saat Hari Natal dan Tahun Baru.

Tetangga kami yang merayakannya selalu memberikan hadiah, biasanya makanan dan minuman halal yang sengaja mereka pilih untuk berbagi rasa kegembiraan. Demikian juga sebaliknya, kami memberikan hadiah kepada mereka saat hari besar Idul Fitri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline