Beberapa hasil survei dari lembaga survei seperti LSI, Populi Center dan Litbang Kompas mengatakan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin jauh mengungguli elektabilitas Prabowo-Sandi hingga sekitar 20%. Sila baca di sini.
Wajar saja jika ada pendukung Prabowo-Sandi yang merasa prihatin dan menganggap pasangan capres ini sudah "habis". Namun masih ada yang berusaha menghibur diri dengan mengatakan tidak percaya dengan hasil-hasil survei karena sering meleset.
Tapi Sandi justru mengakuinya. "Jadi kita nggak usah membohongi diri sendiri," begitu antara lain katanya di sini.
Mungkin Sandi sadar, dibohongi orang lain saja sakitnya bukan main, apalagi membohongi diri sendiri. Kasus hoax Ratna Sarumpaet telah membuka mata publik bahwa cukup banyak politikus yang selama ini dianggap pintar, cerdas atau seperti itu pada kenyataannya jauh panggang dari api.
Bahkan pernah ada seorang politikus Gerindra yang koar-koar dan mengatakan salah satu dari politikus yang "termakan" kasus hoax Ratna Sarumpaet tadi seorang jenius dengan IQ 120.
Kini siapa lagi yang percaya?
Meski Sandi telah mengakui keunggulan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin, tapi tak lupa mengklaim, menghibur diri dan masih memainkan taktik "ngeles kayak bajaj".
Menurutnya ketertinggalan elektabilitas tadi sudah semakin terkejar, tapi sama sekali tidak disebutkan datanya, atau data mana yang digunakan untuk mendukung pernyataannya tadi.
Ia pun mengatakan isu ekonomi yang selama ini dilontarkan mendapat apresiasi dari masyarakat yang cenderung hanya sebuah klaim yang lebih berguna untuk menghibur diri.
Kasus hoax Ratna Sarumpaet yang telah mempermalukan sejumlah tokoh politik - termasuk yang katanya jenius dengan IQ 120 tadi - menurut Sandi tidak ada pengaruhnya terhadap elektabilitas Prabowo-Sandi. Ia pun yakin masyarakat tidak terpengaruh dengan kasus itu.
"(Ratna Sarumpaet) itu nggak ada dampaknya sama sekali, tidak ada dampak," katanya.