Lihat ke Halaman Asli

Lohmenz Neinjelen

Bola Itu Bundar, Bukan Peang

Julukan Jenderal Kardus Itu Masih Melekat

Diperbarui: 28 November 2018   09:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: tribunnews.com

Partai Demokrat akhirnya memutuskan bergabung dengan Koalisi Prabowo meski sebelumnya sempat uring-uringan karena bukan AHY yang menjadi cawapres Prabowo, melainkan Sandiaga Uno.

Meskipun demikian Wasekjen Demokrat Andi Arief menolak untuk meminta maaf karena pernah menuding PAN dan PKS menerima mahar sebesar Rp 500 miliar dari Sandiaga Uno.

"Saya kira bukan Demokrat yang harus menginisiasi permintaan maaf. Karena soal mahar kepada PAN dan PKS, itu asal-muasalnya bukan dari Partai Demokrat," ujarnya seperti dikutip dari detik.com (10/8/2018)

Ia pun tak mau mencabut pernyataan Jenderal Kardus.yang ditujukan kepada Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra dan kini pun seorang capres yang jika menang Pilpres 2019 akan menjadi Presiden Republik Indonesia.

"Saya tidak akan mencabut itu," tegas Andi Arief kepada Medcom. id (10/8/2018).

Mana yang lebih menyakitkan? Pernyataan Wasekjen Demokrat tadi terkait mahar Rp 500 miliar atau julukan Jenderal Kardus kepada Prabowo?

Masalah mahar Rp 500 miliar itu sepertinya tidak terlalu menyakitkan dibanding julukan Jenderal Kardus kepada Prabowo, sebab sudah ada penghalusan kata mahar, yaitu "logistik".

Setiap parpol butuh "logistik" untuk Pilpres 2019.

Tapi julukan Jenderal Kardus itu, jika masih terus melekat, dan ternyata Prabowo bisa juga menang Pipres 2019 serta menjadi Presiden RI, apa kata dunia nanti?

Maka dari itu perlu solusi ala "budaya timur".

Seperti apa bentuknya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline