Nama Partai Demokrat kembali menghiasi media, tapi bukan karena adanya "politik caper" yang merupakan taktik politik yang biasa digunakan oleh Ketua Umum Partai Demokrat, siapa lagi kalau bukan SBY.
Caper, cari perhatian. Ada juga sebagian pihak yang menyebutnya "politik baper", selain "politik curhat", tapi semua itu sebenarnya masih bagian dari "politik caper".
Banyak cara dan jalan untuk melakukan taktik "politik caper" seperti telanjang dada, tapi perutnya juga terlihat (udel tidak, kecuali kamera menyorotnya dengan jelas).
Ada juga "politik caper" dengan menyebut "partai setan", meski ditengarai saat ini setan pun sudah tidak percaya lagi dengan omongan politikus, terutama yang sudah tua.
Dengan demikian, bukan hanya SBY saja yang pernah melakukannya, tapi untunglah SBY tidak pernah menggunakan taktik "politik caper" dengan menyebut "partai setan", apalagi sambil telanjang dada yang terlihat juga perutnya (sekali lagi, udel tidak).
Seperti dikatakan di atas tadi, nama Partai Demokrat kembali menghiasi media, tapi SBY tidak terlibat, melainkan elit kader lainnya yang sedang saling "perang kata".
Bermula dari Ruhut Sitompul yang mengenakan jaket PDIP saat membantu kampanye pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus di Sumatera Utara.
Wakil Ketua Umum PD Syarief Hasan menyatakan Ruhut bukan lagi kader Partai Demokrat. Ketua Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum DPP PD Ferdinand Hutahaean pun membenarkan hal itu. Di sinilah lucunya, karena Ruhut mengatakan sebaliknya.
Tidak tertutup kemungkinan ada sebagian pihak yang bingung. Sebenarnya bagaimana sih mekanisme seorang kader Partai Demokrat bukan lagi menjadi bagian dari partainya? Apakah tidak ada yang namanya surat pemecatan?
Bukankah masalah ini menjadi mudah, tiada lagi perbaba (pernyataan basa-basi) dengan menunjukkan surat pemecatan yang resmi dari Partai Demokrat, daripada sekadar mengatakan tidak mengakui Ruhut lagi?
Karena belum atau tidak ada bukti surat pemecatan tadi, maka publik pun cenderung lebih percaya dengan pernyataan Ruhut. Logika yang sederhana tanpa perbaba.