Lihat ke Halaman Asli

Lohmenz Neinjelen

Bola Itu Bundar, Bukan Peang

Menulis Santai di Kompasiana, Begini Caranya

Diperbarui: 30 Maret 2018   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompasiana.com

Menulis santai di Kompasiana? Apa maksudnya? 

Seharusnya tidak perlu ada pertanyaan seperti itu, sebab kata "santai" sudah umum atau bukan sesuatu yang baru dan aneh. Intinya menulis santai di Kompasiana itu menulis dengan sedikit beban. 

Ingat ya, sedikit beban, bukan tanpa beban.

Kadang bingung juga jika mendengar keluhan dari sebagian pihak bahwa menulis itu sulit, sampai melakukan plagiat pula. Ada lagi keluhan lainnya, yaitu untuk mendapat lebih dari 100 jumlah pembaca atau yang mengklik artikel (viewer) sulit sekali, apalagi dengan sistem viewer Kompasiana yang ada saat ini. 

Mengapa bisa terjadi hal seperti itu? Jawabnya mudah saja, karena belum tahu cara menulis santai di Kompasiana. Kepala ini terasa penuh dengan beban, bahkan untuk memulai satu kata pun terasa berat.

Berikut ini beberapa tips menulis santai di Kompasiana yang ditujukan bagi mereka yang belum tahu, sedangkan bagi mereka yang sudah tahu cara menulis santai di Kompasiana sebaiknya tidak usah dibaca lagi. Langsung saja pindah atau cari artikel lain yang memang perlu dibaca.

Pertama, menulis santai di Kompasiana akan sulit dilakukan kalau pikiran ini hanya tertuju pada hadiah yang ada, misalnya K reward yang saat ini sedang populer di Kompasiana. Memang tidak ada larangan menulis untuk mengejar hadiah, namun apabila hal ini sudah menjadi semacam obsesi, maka akan sulit menulis santai di Kompasiana. 

Kedua, sebaiknya menulis itu jangan membawa misi yang muluk-muluk. Misalnya, saya menulis untuk berbagi pengetahuan dengan sesama, saya menulis untuk menebar kebaikan, saya menulis supaya ada modal tabungan buat di akhirat nanti dan seterusnya. Kalau sudah begini akan sulit menulis santai di Kompasiana. Menulis itu untuk kebaikan diri sendiri dulu yang utama, bukan orang lain. Seandainya orang lain ikut merasakannya anggap saja bonus. Dengan demikian menulis pun tidak memiliki banyak beban dan bukan sebuah masalah lagi menulis santai di Kompasiana.

Ketiga, menulis itu perlu bahan, sebab kalau tidak ada bahan untuk ditulis, ya kosong. Satu kata pun tidak ada yang tertulis. Makdarit (maka dari itu), rajin membaca tulisan, entah itu tulisan orang lain atau berita yang ada di media. Mengenai rajin membaca tulisan orang lain, hal ini tidak berlaku bagi mereka yang sudah bisa dan biasa menulis santai di Kompasiana. Menurutnya, mending baca tulisan sendiri daripada baca tulisan orang lain.

Keempat, perihal sulitnya mendapat viewer lebih dari 100, bukan 100% disebabkan tulisannya tidak bermutu, tapi karena belum memiliki "brand". Kalau sudah memiliki "brand", bermutu atau tidak bermutu tulisannya mudah saja mendapat viewer sebuah artikel di atas 100 atau lebih. Untuk mendapat "brand" tadi, usahakan memiliki ciri khas tersendiri, meski ciri khas si penulis tersebut menyebalkan untuk sebagian pihak, tapi di sisi lain menurut banyak pihak justru menyenangkan.

Kelima, dibutuhkan kecerdasan yang cukup agar bisa menulis santai di Kompasiana sehingga menulis itu tidak sulit, juga tidak sulit mendapat jumlah pembaca di atas 100 bahkan lebih untuk sebuah artikel. Bagaimana kalau penulisnya kurang cerdas? Ya, berarti kurang juga bisa menulis santai di Kompasiana. Meski sudah terhitung bangkotan menulis di Kompasiana, tapi tetap saja merasa menulis itu sulit, dan pembaca artikelnya pun sedikit. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline