Elektabilitas Prabowo masih jauh di bawah elektabilitas Presiden Jokowi dari berbagai hasil survei yang pernah dilakukan. Hal ini menimbulkan wacana politik "Prabowo King Maker" atau jangan Prabowo yang maju dan menantang Presiden Jokowi pada Pilpres 2019 karena bisa dipastikan akan kalah nantinya.
Sebagian pihak berpendapat masih ada kemungkinan elektabilitas Prabowo akan naik dan elektabilitas Jokowi turun sehingga selisihnya pun tidak terlalu besar. Tapi ada juga yang berpendapat kemungkinan perbedaan elektabilitasnya bisa semakin jauh saja. Bukankan selain ada kemungkinan yang bersifat positif, bisa juga sebaliknya?
Namun menurut Fadli Zon pada tulisan sebelumnya di sini - Benarkah Prabowo Salah Satu Capres pada Pilpres 2019? - tak mungkin Prabowo jadi cawapres atau king maker. Meski ia membenarkan ada pertemuan antara Prabowo dan Gatot Nurmantyo serta tokoh-tokoh lainnya, Fadli Zon mengatakan pertemuan itu silaturahmi biasa saja.
Politik tak lepas dari trik atau taktik. Hal yang wajar saja jika ada seorang politikus yang bermain taktik demi suatu tujuan, misalnya meningkatkan elektabilitasnya.
Pernyataan Prabowo yang mengatakan negara ini bisa bubar pada 2030 yang sedang hangat dibicarakan saat ini diperkirakan hanya sebuah taktik biasa saja dengan tujuan agar elektabilitas Prabowo naik, tapi reaksi masyarakat terlihat cenderung negatif dan menilai pernyataan Prabowo tadi - terlepas sumbernya dari mana -terkesan pesimistis, bahkan ada politikus Partai Demokrat yang menilai "Prabowo Pemimpin Zaman Old".
Jika yang terjadi bukan elektabilitas Prabowo naik, tapi justru turun, bukankah hal ini sama saja dengan "gol bunuh diri"? Apakah nantinya ada alasan dan desakan yang kuat agar Prabowo tidak maju sebagai capres atau memberikan kesempatan kepada sosok lain, serta menggenapi wacana politik "Prabowo King Maker"?
Tapi benar atau tidaknya elektabilitas Prabowo turun ada baiknya menunggu hasil survei karena diperkirakan akan ada lembaga survei yang merilis hasil surveinya dengan tema "Elektabilitas Prabowo Setelah Pernyataannya Indonesia Bisa Bubar pada 2030".
Jika hasil surveinya mengatakan elektabilitas Prabowo turun, maka perkiraan di atas tadi benar. Prabowo sendiri pernah mengatakan tidak percaya dengan hasil-hasil survei yang ada, tapi entahlah kalau hasil surveinya menunjukkan elektabilitas Prabowo naik.
Terlepas elektabilitas Prabowo naik atau turun setelah pernyataannya Indonesia bisa bubar pada 2030, juga terlepas ada atau tidak taktik "gol bunuh diri", bagi mereka yang percaya dengan pernyataan Fadli Zon sebaiknya menunggu hingga April 2018, karena Fadli Zon pernah mengatakan Partai Gerindra akan mengumumkan secara resmi pengusungan Prabowo sebagai capres untuk Pilpres 2019 pada bulan itu.
Bagaimana dengan mereka yang kurang yakin atas pernyataan Fadli Zon dan beranggapan elektabilitas Prabowo semakin turun saja karena adanya "gol bunuh diri"? Apakah sebaiknya tetap menunggu hingga April, sementara ada istilah "April Mop"?
Kata-kata bijak modern mengatakan "orang sabar senyumnya lebar".