Babak final FIDE World Chess Cup 2015 berakhir tanggal 5 Oktober kemarin setelah melalui 10 pertandingan, yaitu 4 pertandingan catur standar, 2 pertandingan catur tie-breaks, 2 pertandingan catur cepat (rapid games) dan 2 pertandingan catur kilat (blitz games).
Pemenangnya atau pecatur yang meraih gelar juara pada turnamen ini adalah Sergey Karjakin (Rusia) yang mengalahkan kompratiotnya Peter Svidler dengan skor akhir pertandingan 6-4.
Sebagian pihak berpendapat babak final FIDE World Chess Cup 2015 ini seru, tegang dan mencekam, tapi tidak sedikit penggemar catur yang cenderung sinis barkait banyaknya langkah kocak dalam babak final ini.
Intermezzo, langkah kocak adalah istilah saya untuk pecatur yang melakukan sebuah kesalahan langkah yang fatal atau biasa disebut blunder. Sekadar mengingatkan bahwa catur bukan melulu olahraga yang serius dengan muka ditekuk dan kening berkerut, tapi ada juga lucu atau kocaknya seperti digambarkarikaturkan di bawah ini.
Mengapa seorang pecatur melakukan langkah kocak (blunder) dalam sebuah pertandingan yang menyebabkan dirinya kalah?. Boleh dibilang masih sebuah misteri. Bukan hanya pecatur pemula, pun pecatur setingkat Grandmaster super, bahkan juara dunia pernah melakukan langkah kocak, dan masih terjadi sejak dulu hingga sekarang ini.
Emmanuel Lasker, Jose Raul Capablanca, Alexander Alekhine, Bobby Fischer, Karpov, Garry Kasparov, Vladimir Kramnik, Visanathan Anand, hingga juara dunia catur saat ini Magnus Carlsen pernah melakukan langkah kocak tadi, padahal mereka itu sudah termasuk "nabi catur" yang kualitas atau tingkatannya jauh di atas rerata pecatur.
Apa perbedaan mereka para "nabi catur" tadi dengan pecatur pemula berkait dengan langkah kocak ini?.
Menurut Grandmaster Gregory Serper (AS) perbedaannya terletak pada kuantitas langkah kocak yang dilakukan oleh pecatur tersebut. Perumpamaannya seperti ini. Seorang Grandmaster melakukan blunder sekali dalam 50 pertandingan, sedangkan pecatur pemula melakukan 50 kali blunder dalam sebuah pertandingan.
Mengingat babak final FIDE World Chess Cup 2015 antara Peter Svidler dan Sergey Karjakin hanya berlangsung 10 pertandingan, tapi cukup banyak langkah kocak yang dilakukan oleh mereka berdua, makdarit (maka dari itu), tidak sedikit penggemar catur di dunia maya pada saat babak final masih berlangsung cenderung sinis dan menganggap baik Svidler maupun Karjakin tidak layak untuk menantang juara dunia Magnus Carlsen dari Norwegia.
Kembali ke langkah kocak atau blunder tadi. Meskipun masih misteri mengapa para "nabi catur" pun bisa sampai melakukan langkah kocak atau blunder itu, penyebabnya atau faktor penyebabnya menurut beberapa pendapat pakar catur, termasuk Grandmaster Gregory Serper di atas tadi, antara lain sebagai berikut:
Tidak Fokus atau Hilang Konsentrasi