Lihat ke Halaman Asli

AJ Susmana

Penulis

Pemilu 2024, Krisis Global, dan Kawah Candradimuka

Diperbarui: 27 Maret 2024   12:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Memasuki tahun 2023, kita dihadapkan dengan kekhawatiran-kekhawatiran  yang nyata: seperti krisis pangan dan energi. Sebab dari krisis ini adalah selain pandemi covid-19 yang segera tampak berakhir, juga yang utama: Perang Rusia vs Ukraina yang belum berakhir.

Perang Ukraina vs Rusia itu jelas telah mengganggu pasokan pangan dan energi yang selama ini lancar saja. Setiap negara yang terhubung langsung dengan pasokan pangan dan energi dari Ukraina dan Rusia, terutama Eropa langsung mengalami krisis.

Dengan kasar, krisis energi itu pun dipercepat dengan dilakukannya  sabotase-sabotase pipa gas bawah laut  yang menghubungkan Rusia ke Eropa dengan kebocoran pipa gas yang disengaja.

Krisis dari Eropa ini bila tidak bisa diselesaikan malahan bisa me(diper)luas ke krisis semenanjung Korea dan juga Laut Cina Selatan tempat Negara kita terlibat langsung.

Kita lihat Dunia dipaksa berubah. Bukan sebagaimana teori perubahan dunia akibat kapitalisme yang selama ini terjadi yaitu Over Produksi, perubahan ini justru dikarenakan minusnya produksi yang membuat harga minyak dunia dan pangan melambung tinggi. Sumber pangan dan energi yang selama ini stagnan terpaksa mengalir ke Eropa yang sedang sangat membutuhkan.

Negara-Negara di Asia Tenggara pun yang selama ini tergantung dari Amerika Serikat dan Barat dipaksa untuk mencari jalan keluar sendiri atau malahan bisa menjadi "merdeka". Filipina misalnya, mulai membuka peluang impor minyak dan pupuk dari Rusia yang dianggap harganya lebih murah.

Eropa yang mengalami dampak perang dan krisis langsung  juga dipaksa berubah dari:  yang selama ini sebagai pemuja dan penyembah Mekanisme Pasar mulai juga melakukan pengkhianatan sebagaimana dilakukan Jerman yang menasionalisasi perusahaan Gas Rusia untuk mengontrol harga.

Bagaimana dengan Indonesia? Perubahan-perubahan seperti apa yang hendak dilakukan dan kemungkinan-kemungkinannya? Apakah akan mengikuti jalan Filipina yang ternyata tidak dogmatik mengikuti jalan AS walau negaranya menjadi pangkalan militer AS? Atau Jerman yang ternyata juga tidak harus "Mekanisme Pasar", sementara kita justru selama ini berusaha mengikuti dan menyesuaikan dengan  mekanisme pasar.

Beras atau pangan, yang selama ini sudah diwanti-wanti Bung Karno, bahwa soal pangan bukanlah soal yang main-main sehingga harus memenuhi sendiri dan tidak bergantung pada asing seperti Vietnam dan Thailand  yang selama ini menjadi andalan impor beras kita bila kekurangan, sementara saat ini jelas kita kekurangan, pada tahun 2023, bila tidak disiapkan dengan betul, serius dan sungguh-sungguh, kita akan sangat kesulitan dalam bidang pangan, karena tentu saja beras Vietnam dan Thailand bisa juga mengalir ke Eropa atau negara-negara yang membutuhkan dan mau membeli dengan harga lebih tinggi. Dan kita tidak bisa impor karena terhalang "perang". Belum lagi soal Energi yang tentu juga akan turut bergejolak di dalam negeri.

Di sini,  dengan mengikuti perkembangan dunia, rupanya sangat penting dan genting tahun pergantian kekuasaan yang mendekat pada pemilu dan pilpres 2024.

Pilpres itu akan dimulai dengan krisis pangan dan energi  tahun 2023 yang harus bisa diatasi dengan baik oleh pemerintah sekarang sehingga tidak menjadi chaos pada tahun politik 2024 itu dan tentu kita tidak berharap terjadi chaos dan anarkhi pada tahun 2023, bukan?   

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline