Penulis: Moh. Ajril Sabillah
Desa Jeru merupakan desa yang terkenal dengan nama "panjer" dikarenakan pembangunan di desa sudah mulai terlihat dan ekonomi masyarakat telah berjalan. Namun disisi lain, ada sebuah kegiatan masyarakat yang belum terekspos dalam berita, seperti produksi batu-bata. Batu-bata merupakan salah satu alat yang selalu kita pakai untuk membuat pondasi rumah. Namun masih banyak masyarakat yang belum tahu tentang bagaimana cara memproduksi batu-bata. Maka dari itu kelompok Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Universitas Islam Negri (UIN) Malang melakukan survey ke tempat produksi batu-bata tersebut yang terletak di belakang rumah RT Desa Jeru Timur dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara memproduksi batu-bata serta mengedukasi kepada masyarakat tentang produksi batu-bata.
Bapak taufiq selaku pekerja dalam memproduksi batu-bata menjelaskan bahwa tempat produksi ini telah berdiri 10 tahun. Di mana pekerjanya mengambil dari masyarakat desa itu sendiri. Beliau juga menjelaskan bahwa untuk melakukan produksi batu-bata dalam satu hari, bisa sampai 700-1.500 batu bata yang dilakukan oleh 4 pekerja. Jika lebih banyak pekerja, maka bisa sampai 2.000 batu-bata lebih dalam waktu satu hari kerja. Selanjutnya beliau menjelaskan bahwasanya terdapat 2 jenis batu-bata, yaitu batu-bata keramik dan batu-bata bangunan. "berdirinya tempat produksi batu-bata sudah dari 10 tahun yang lalu. Dan untuk memproduksi batu-bata itu sendiri tergantung cuaca. Kalau cuacanya tidak bagus, kami tidak memproduksi batu-bata. Kalau cuacanya bagus terkadang kami bisa memproduksi batu-bata. Batu bata yang kami buat ada 2 jenis, yaitu pertama batu-bata bangunan sama batu-bata keramik. Bisanya kami bisa memproduksi batu-bata sebanyak 700-1.500 batu-bata dalam satu hari. Kalau lebih banyak pekerja bisa sampai 2000 batu-bata lebih". Jelasnya.
Salah satu pekerja lain juga menjelaskan bahwa jika ingin mengetahui perbedaan antara jenis batu-bata keramik dan batu-bata bangunan, yaitu dengan cara dilihat dari kekuatan batu-bata tersebut. Batu-bata bangunan relatif lebih kuat dari pada batu-bata keramik. Karena jenis batu-bata keramik jika terkena air batu-bata keramik akan menjadi lembab. "saya selama bekerja disini telah memproduksi 2 jenis batu-bata, yaitu batu-bata keramik dan batu-bata bangunan. Nah, untuk mengetahui mana yang keramik dan bangunan, cukup dilihat dari segi kekuatannya saja. Batu-bata bangunan memiiiki kekuatan yang lebih besar daripada batu-bata bangunan. Karena kalau yang batu-bata keramik kalau terkena air batu-bata menjadi lembab." Ujar Ibuk Riati.
Selanjutnya bapak Giono, salah satu pekerja produksi batu-bata juga ikut menyambung perlataan Bu Riati dengan menjelaskan bagaimana cara memproduksi batu-bata. Beliayu menjelaskan bahwa cara memproduksi batu-bata ialah dengan cara mencampurkan tanah lengket dan tanah kering dengan menggunakan mesin, kemudian menyetak batu-bata dengan manual, yaitu dengan menggunakan alat cetak batu-bata. Selanjutnya batu-bata yang telah tercetak ditata dengan rapi yang dalam bahasa jawanya dikenal dengan istilah "nyinggir". Dan terakhir batu-bata yang telah tertata dikumpulkan menjadi satu untuk dibakarm, atau dalam bahasa jawanya dikenal dengan istilah "ngelinggo". Itulah penjelasan yang lengkap tentang pembuatan batu-bata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H