Lihat ke Halaman Asli

Ajoy

Buruh serabutan. Gajian adalah hal menyenangkan meskipun hanya sesaat, indomie kemudian.

Kemubadziran Adegan dalam Film "All of Us Are Dead"

Diperbarui: 1 Februari 2022   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Netflix

Baru-baru ini Netflix mengeluarkan film serial berasal dari Korea Selatan yang bercerita tentang serangan zombie yang terjadi di kota Hyosan. Film ini diproduksi oleh JTBC Studio yang disutradarai Lee Jae Kyo dan Kim Nam Su dan dirilis pada tanggal 28 Januari 2022 dengan jumlah 12 episode sekaligus.

All of Us are Dead diadaptasi dari sebuah webtoon bergenre thriller yang mengisahkan tentang sebuah wabah yang bermula dari sebuah sekolah SMA Hyosan. Sekelompok siswa yang terjebak di dalam sekolah mencoba bertahan hidup dengan mencari jalan keluar. Wabah bermula dari sebuah virus yang diciptakan seorang ahli kimia dengan tujuan memberikan kekuatan dan menghilangkan rasa takut serta keinginan hidup lebih lama.  Namun, virus ini tidak bekerja sesuai dengan harapannya justru menjadi ancaman bagi dunia.

Film ini menyorot berbagai isu sosial yang relate dengan masyarakat zaman sekarang. Terutama isu sensitf mengenai seks bebas, bullying, serta faktor teknologi yang mendorong masyarakat untuk bertindak tanpa berpikir logis sehingga memanfaatkan media sosial untuk meraih atensi masyarakat lebih banyak daripada mengutamakan keselamatan.

Sayangnya, adegan-adegan yang disebutkan sebetulnya menjadi adegan yang tidak diperlukan dalam film ini. Sebab korban perundungan maupun pelaku tidak menemukan keadilan yang seharusnya. Ada pula adegan seorang siswi melahirkan di kamar mandi gedung TK tidak ada jalan keluar yang berarti.

Adegan seseorang yang memanfaatkan Vlog untuk merekam kejadian di kota Hyosan menjadi refleksi realita masa kini yang menarik dibahas, oleh karena itu sebagian besar orang memanfaatkan situasi hanya demi FYP di media sosial.

Hadirnya isu-isu sosial ini mungkin sutradara hendak menyampaikan pula bagaimana gambaran umat manusia yang mengalami apokalipsis akibat wabah yang terus merambah ke seluruh aspek kehidupan. Di film-film zombie sebelumnya, yang berasal dari Korea, kebanyakan zombie hanya diperankan oleh orang dewasa. Menariknya, di All of Us are Dead ini justru wabah zombie menyerang anak-anak TK  sehingga gambaran ini memperlihatkan realitas yang ada bahwa virus tidak memandang usia.

Saya melihat beberapa adegan yang mengecewakan terhadap isu-isu di atas, mengapa tidak fokus saja pada adegan zombie? Sebab isu-isu itu justru gagal memberikan jalan keluar, penonton hanya menemukan jalan buntu sebab mereka berakhir menjadi zombie. Bagaimana nasib korban perundungan tidak diberi kesempatan untuk balas dendam dahulu terhadap pelaku justru malah memilih kabur melupakan masalah, apakah ini efek dari infeksi virus yang masuk? Bisa saja tetapi bagi saya adegan ini menjadi kurang greget. Sebab pelaku perundungan malah menyimpan dendam kepada orang lain, Cheongsan yang merekam pembunuhan kepala sekolah. Padahal siapa yang mau menyebarkan video tersebut? Jika seluruh hp dan masyarakat sekolah sudah jadi zombie? Mungkin otak si perundung sudah tidak waras karena infeksi virus.

Virus yang diciptakan oleh seorang guru kimia dinamai virus Jonas, ia memiliki alasan mengapa virus tersebut dibuat. Tujuannya adalah memberikan kekuatan dan keinginan hidup lebih lama untuk anaknya yang menjadi korban perundungan di sekolah. Petinggi sekolah tidak menindaklanjuti kasus perundungan dengan baik sehingga anaknya terus menjadi korban hingga ingin bunuh diri. Berawal dari sana lah ia menjadi percobaan ayahnya, sayang virus Jonas tidak bereaksi sesuai harapannya. Ia hanya menciptakan seorang monster yang kelaparan. Reaksi tubuh terhadap virus ini ternyata berbeda-beda pada setiap tubuh manusia, beberapa anak-anak yang terinfeksi berhasil bertahan hidup dan memiliki kekuatan lebih kuat dari sebelumnya namun tetap saja, naluri manusianya perlahan hilang.

Jika di film-film zombie sebelumnya, tingkat kesensitifan zombie ada pada bau, pendengaran, penglihatan, dan gerakan, di seri All of Us are Dead zombie menjadi sensitive terhadap bau dan pendengaran sehingga menyusahkan anak-anak yang terjebak untuk bergerak melarikan diri keluar dari sekolah. Bagi yang kebal terhadap virus ini, ia akan memiliki tingkat kesensitifan pendengaran dan bau yang tajam, ini menguntungkan Nam Ra dan teman-temannya. Maka dari itu Nam Ra mendapat julukan Sembi alias Setengah Zombie.

Ending dari film ini pun sebetulnya masih banyak pertanyaan yang memenuhi kepala saya, yaitu adegan sekelompok siswa yang berhasil keluar dari sekolah dan melewati hutan, nyatanya di sebuah daerah yang mereka lewati masih tersisa zombie yang tidak terkena ledakan. Zombie itu menyerang sekelompkok siswa dan beberapa dari mereka tergigit. Meskipun zombie-zombie yang menyerang itu berhasil dibunuh, tetapi mayat yang tergeletak tidak sesuai dengan perhitungan yang telah dilihat Nam Ra dalam kepalanya. Berarti masih tersisa, bukan? Harusnya setelah anak-anak berhasil sampai di kamp karantina, serangan zombie masih berlanjut di daerah tersebut tetapi selesai sampai di situ saja.

Adegan terakhir saat sekelompok anak SMA Hyosan reunian di atap sekolah dengan tanda api unggun yang dibuat Namra, ia mengatakan ia bersama orang-orang sepertinya, apakah masih ada Sembi yang lain? Bagaimana menurut penonton?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline