Jurusan Sastra Indonesia kerap kali di anak tirikan oleh beberapa orang yang akhirnya terpaksa menjadikan pilihan terakhir ketika tidak diterima di Prodi yang diinginkan. Atau sebagai pelarian dari masalah hitung menghitung yang membuat kepala runyam dengan angka-angka yang tak ada habisnya.
Apalah arti Sastra Indonesia. Apa susahnya sih belajar Sasindo? Kan sehari-hari juga kita menggunakan Bahasa Indonesia? Sejak Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah juga belajar Bahasa Indonesia? Bukankah begitu? Jadi, di mana letak kesulitannya?
Ett ett ett tunggu dulu...
Pandangan begini harus kita gosok pelan-pelan biar ketajamannya keasah dikit, nih.
Memang dari nama Prodinya saja kayanya terlihat biasa saja, sebagian orang bahkan meremehkan seperti,
"Oh, pasti gampang lah"
"Yang penting gak ada itung-itungannya, aman"
"Cuma baca, tulis, ngarang, paling"
Hey! Sini tak sentil pankreasnya! Gumuyyy bangettt, deh.
Memang anak yang kuliah jurusan Sastra Indonesia itu memiliki stereotip sendiri loh. Mulai dari yang bagus sampai yang miring alias kayanya buruk banget. Misalnya, anak Sastra Indonesia pasti jago nulis puisi dengan gaya bahasa yang puitis.
Punya skill nulis atau melakukan hal-hal romantis untuk kekasihnya. Orangnya pasti nyeni. Gayanya unik-unik karena mengandalkan minat keseniannya itu. Kalau cowok kebanyakan pasti gondrong-gondrong gemes (GGG). Mata kuliah yang dipelajari pasti gampang.