Lihat ke Halaman Asli

Abdul Rohman

for reading, for undersanding

Tradisi Bulan Sya'ban, Ruwahan dan Nyadran

Diperbarui: 26 April 2017   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                           sumber foto : www.nu.or.id


Sebentar lagi umat muslim akan memasuki salah satu dari 4 bulan yang disucikan oleh Allah dalam alquran, yaitu bulan Sya’ban ( Ruwah –Jawa). Banyak kalangan Muslim yang mengadakan tradisi pada tiap daerah sebagai wujud rasa syukur telah dipertemukan pada bula suci ini. Bulan Sya’ban adalah bulan istimewa dimana semua amal perbuatan manusia selama satu tahun diangkat ke langit untuk dilaporkan pada Allah SWT. Rasulullah sendiri banyak melakukan puasa pada bulan sya’ban melebihi puasa beliau pada bulan-bulan lain. Berkaitan dengan keutamaan bulan sya’ban ini, al Imam Ibn Rajab al-Hanbali, murid terkemuka Syaikh Ibn Qayyim al-Jauziyyah, berkata dalam kitab Lathaif al-Ma’arifsebagai berikut :

‘’Al-Imam Ahmad dan al-Nasa’i meriwayatkan dari hadits Usamah bin Zaid, yang berkata: ‘’Rasulullah terkadang berpuasa selama beberapa hari berturut-turut sehinnga kami berkata, beliau tidak sarapan pagi. Beliau juga sarapan pagi selama selama beberapa hari sehinnga hampir saja beliau tidak berpuaa kecuali dua hari dari Jumat, apabila dua hari itu menjadi bagian puasanya.  Kalau tidak, beliau berpuasa pada dua hari itu. Nabi tidak berpuasa pada bulan-bulan yang ada seperti puasa beliau pada bulan Sya’ban. Aku berkata pada Nabi, ‘’Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa pada bulan-bulan sebelumnya seperti puasa Anda di bulan Sya’ban?’’. Nabi menjawab,’’Bulan Sya’ban itu, bulan yang dilupakan manusia antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan Sya’ban itu, bulan di mana amal manusia diangkat kepada Allah SWT Tuhan semseta alam’’. Aku ingin, amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa’’. (Al-Hafizh Ibn Rajab al-Hanbali, Lathaif al-Ma’arif, hal 236)

Dalam menghadapi bulan istimewa, di mana amal semua manusia diangkat ke langit, umat Islam di tanah air melakukan tradisiruwahan(memperbanyak sedekah), sehingga bulan ini disebut dengan bulan Ruwah (bulen Rebbe). Para ulama juga menganjurkan kita memperbanyak sedekah pada momen-momen yang dianggap penting yang sedang dihadapi. Dalam hal ini al-Imam al-Hafizh al-Nawawi berkata :

‘’Para ulama kami berkata, ‘’Disunnahkan memperbanyak sedekah ketika menghadapi uruan-urusan penting.’’ (al-Imam al-Hafizh al-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz 6, hal 233)

Bahkan, berkaitan dengan anjuran peningkatan amal kebaikan pada bulan Sya’ban, al-Imam Ibn Rajab al-Hanbali berkata:

‘’Oleh karena Sya’ban itu merupakan pengantar dari bulan Ramadhan, maka pada bulan Sya’ban dianjurkan hal-hal yang dianjurkan pada bulan Ramadhan dan jiwa menjadi terlatih untuk taat kepada Allah. Kami telah meriwayatkan dengan sanad yang lemah dari Anas, yang berkata, ‘’Ketika bulan Sya’ban tiba, kaum Muslimin biasanya menekuni mushaf dengan membaca al-Quran. Mereka juga mengeluarkan zakat harta benda mereka agar membantu orang yang lemah dan miskin dalam menjalani puasa Ramadhan.’’ (al-Imam Ibn Rajab al-Hanbali, Lathaif al-Ma’rifah, hal 258)

Pada bulan Sya’ban, dikalangan masyarakat kita ada pula tradisi ziarah kubur, yang sebagian daerah dikenal dengan sebutan tradisinyadran. Rasulullah juga berziarah ke makam para sahabat di Baqi’ pada malam Nishfu Sya’ban. Al-hafizh Ibn Rajab al-Hanbali, murid terbaik Syaikh Ibn Qayyim al-Jauziyyah, berkata dalam kitab Latahif al-Ma’rifah, berikut ini:

‘’Mengenai keutamaan malam nishfu Sya’ban, ada sejumlah hadits-hadits lain yang diperselisihkan oleh para ulama. Mayoritas ulama menilai dha’if. Sebagian hadits-hadits ini dishahihkan oleh Ibn Hibban dan diriwayatkan dalam Shahih-nya. Hadits terbaik di antara hadits-hadits tersebut adalah, hadits “Aisyah yang berkata, ‘’Aku kehilangan Nabi, lalu aku keluar mencarinya, ternyata beliau ada di makam Baqi’, sedang mengangkat kepalanya ke langit. Beliau berkata, ‘’Apakah kamu khawatir Allah dan Rasul-Nya berbuat sewenang-wenang kepadamu?’’. Aku menjawab, ‘’Wahai Rasulullah, aku mengira engkau mendatangi sebagian isteri-isterimu.’’ Lalu Nabi bersabda, ‘’Sesungguhnya Allah turun pada malam nishfu Sya’ban ke langit dunia, lalu mengampuni orang-orang yang jumlahnya melebihi jumlah bulu-bulu kambing suku Kalb.’’ Hadits ini diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad al-Tirmidzi dan Ibn Majah.’’ (Al-Hafizh Ibn Rajab al-Hanbali, Lathaif al-Ma’arif, hal. 261)

Semoga tulisan ini bermanfaat dan menambah perbendaharaan ilmu kita semua...Amiin

Wassalam.......

Sumber : Risalah Ahlussunnah Wal-Jamaah, Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur ,dengan sedikit perubahan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline