Lihat ke Halaman Asli

Baik Buruk Pengalaman KRL Jabodetabek

Diperbarui: 10 Oktober 2016   01:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Tepat pada tanggal 28 September lalu diperingati sebagai hari Kereta Api Nasional, dimana kita tau pada tanggal yang sama 71 tahun yang lalu ada pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya menegaskan bahwa mulai hari itu kekuasaan perkeretaapian berada di tangan Indonesia sehingga Pemerintahan Jepang  sudah tidak berhak untuk mencampuri urusan perkeretaapian di NKRI . Dan pada hari itulah dibentuk Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI).Pada waktu itu kecuali DKA, sebenarnya ada operator KA lain yaitu Kereta Api Soematra Oetara Negara Repoeblik Indonesia dan Kereta Api Negara Repoeblik Indonesia (1953-1960), yang semuanya beroperasi di Sumatera. Nama DKA akhirnya berubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA), semasa Orde Lama. Lalu, pada tanggal 28 September 1970 berubah menjadiPerusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Kemudian, pada tanggal 28 September 1989, PJKA berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka), dan semenjak tanggal 31 Juli 1995, Perumka mulai menunjukkan keterbukaannya dan berubah menjadi PT Kereta Api (Persero) (PT KA). Pada tanggal 20 Mei 2010, nama PT KA berubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero) (PT KAI), hingga saat ini.

Dapat kita lihat sudah lama pelayanan kereta api di Indonesia ini ada, tentu sudah banyak pula perubahan-perubahan dari hari ke hari yang tentunya dibuat agar penumpang merasa aman dan tentu saja nyaman menggunakan kereta api terutama kereta Commuter yang merupakan kereta lintas jarak dekat yang menghubungkan kota-kota yang terletak cukup dekat seperti Bogor-Jakarta-Tangerang-Bekasi. Hingga saat ini Commuter masih menjadi salah satu angkutan darat yang diminati oleh masyarakat jabodetabek tentu karena tarif yang terjangkau serta waktu tempuh yang relatif tidak begitu lama. 

Sebelum Commuter ini muncul kereta Jabodetabek hanya terdapat kereta ekonomi dan pakuan dengan tarif yang berbeda cukup jauh dan waktu tempuh yang cukup berbeda. Hingga akhirnya kedua kereta ini dihilangkan dan terdapat Commuter dengan tarif yang dihitung berdasarkan jarak tempuh. Hingga hari ini perubahan tersebut dapat dianggap efektif karena dapat terjadinya subsidi silang sehingga setiap orang dapat menikmati pelayanan kereta yang sama nyaman. Namun, diantara perubahan-perubahan tersebut sudah cukup baikkan perkeretaapian di Indonesia?

Seperti yang kita tau pada saat ini banyak masyarakat yang menggunakan moda transportasi ini untuk bepergian dari tempat tinggal hingga ke kantor atau pun sekolah karena yang pasti tarifnya masih dapat dikatakan cukup murah. Tapi, dengan jam keberangkatan yang sering tertunda mungkin menyebabkan kita harus berangkat jauh lebih awal dari jadwal. Mungkin keterlambatan ini sering kali merupakan efek domino dari sebuah keterlambatan sebelumnya atau penundaan sebelumnya, namun hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Dapat kita rasakan juga sering kali kereta harus menunggu untuk memasuki stasiun yang dilewati sekaligus menjadi titik keberangkatan kereta jarak jauh sebut saja Stasiun Manggarai. Saya rasa harusnya ada penjadwalan lebih baik di stasiun-stasiun untuk jarak jauh tersebut atau setidaknya ada pemisahan jalur atau pun stasiun sehingga perjalanan kereta Jabodetabek tidak terganggu. Seringkali menunggu di stasiun Gambir dan Stasiun Manggarai dalam waktu yang relatif cukup lama, sedangkan banyak orang mencemaskan waktu sampainya. Seharusnya terdapat pembenahan dalam hal ketepatan waktu perjalanan kereta.

Selain itu yang perlu kita lihat juga sering sekali pada waktu sibuk baik itu jam berangkat kerja maupun jam pulang kerja kereta terlihat penuh berdesakan dan saling dorong. Sering kali sesama nya tidak dipedulikan mau terdorong atau tidak. Setiap orang berebut ingin cepat masuk ke kereta dan pulang ke rumah hal ini mungkin disebabkan kurangnya kereta pada jam-jam tersebut. Cukup sering kita harus menunggu cukup lama karena kereta yang ditunggu-tunggu belum sampai hingga menyebabkan antrian penumpang yang begitu panjang dan saling mendorong. Mungkin ada baiknya kereta tidak dijadwalkan begitu lama terutama pada saat jam-jam sibuk agar tidak sampai menimbulkan antrian yang begitu panjang yang akhirnya dapat berdampak pada ketidakselamatan penumpang.

Namun tentu selain itu untuk faktor kebersihan dan tentunya pelayanan dari petugas kebersihan maupun keamanan sudah cukup baik. Dapat kita lihat sering petugas kebersihan menyapu dan mengepel gerbong kereta dan petugas keamanan menjaga keselamatan para penumpang yang menyebrangi rel stasiun . Jika saat malam kita juga dapat melihat kereta yang kita tumpangi hampir setiap hari itu dibersihkan lebih mendetail lagi bagian dalamnya dan dicuci bagian luarnya. Tentu saja dengan begitu kebersihan di kereta ini sudah cukup baik. Tentunya kita terus berharap agar PT. KAI dapat menyediakan layanan yang lebih baik lagi ke depannya agar semakin banyak masyarakat yang ke depannya akan beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum seperti kereta Commuter ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline