Lihat ke Halaman Asli

Yunuraji P

Orang biasa

Terima Kasih

Diperbarui: 22 Maret 2018   14:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Apakah ini yang selama ini ku inginkan?"

"Apakah tidak pernah kau lihat bahwa diriku masih mengharapkan dirimu yang selalu menyakitiku?"

"Kenapa pada waktu itu kamu mengambil tindakan yang berbeda?"

"Kapankah aku bisa bertemu dengan mbok warteg yang biasa diutangi dengan mudah?"

Beberapa pertanyaan di benakku kembali datang menyapa silih berganti, bagaikan sebuah pohon di empat musim.

Aku menjawab semua pertanyaan itu karena aku hanya bisa memandang dari balik hiruk-pikuk kendaraan lalu lalang dari sudut mataku dan dengan mulut yang terkatup rapat. Terkadang beberapa kunyahan dan suara 'pletak' menemani indahnya kesunyian malam yang kadang diganggu oleh silaunya cahaya kendaraan.

Aku mengingat kembali saat itu...

Dimana pada malam yang indah, terjadilah sebuah kata-kata sederhana namun mengandung banyak arti bagi orang yang menyiapkan diri untuk menjalani kehidupan yang tak lagi sendiri.

"Maukah engkau menemani seluruh sisa hidupku yang hampa bila tidak ada engkau disisiku?"

'Ah, sungguh masa-masa yang indah...' Suara balon yang pecah kembali menyemarakkan keheningan malam yang tiada henti-hentinya dimulai dari gesekkan dedaunan, seakan memanggil dalam indahnya sebuah buaian setumpuk bantal dan kasur yang menyenangkan.

"Ya! Aku mau" Aku ingin sekali rasanya memeluk seluruh orang yang ada pada saat itu. Namun aku sadar bahwa aku hanya membutuhkan ia saja untuk kupeluk dan tak kan kulepas ia yang kini menjadi satu-satunya dalam hidupku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline