Lihat ke Halaman Asli

Pasar Beringharjo… Jogjaku Jogjamu

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13112343981805172780

“Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu. Masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahabat.. penuh selaksa makna. Terhanyut aku akan nostalgi.. saat kita sering luangkan waktu, nikmati bersama.. suasana Jogja”

Sepenggal syair lagu KLA Project yang berjudul Yogyakarta itu mengingatkan saya akan kampung halaman tercinta.

Bulan puasa tahun ini tinggal menghitung hari, dan seperti tahun-tahun sebelumnya, tradisi mudik alias pulang kampung di saat Lebaran sudah mulai direncanakan. Bicara soal mudik, saya jadi teringat pengalaman saya waktu mudik ke Yogyakarta, 2 tahun lalu. Tapi supaya tidak melebar kemana-mana, kisah mudik saya ini saya fokuskan ke sebuah pasar batik yang sangat popular di Yogyakarta.

Ketika itu, selain berkunjung ke tempat orangtua dan sanak saudara lainnya untuk bersilahturahmi, saya juga menyempatkan diri untuk berjalan-jalan menikmati “Suasana Jogja” – begitu kata KLA Project dalam lagunya yang berjudul Yogjakarta tadi.

Jalan-jalan menikmati Jogja di saat libur Lebaran memang cukup seru. Di mana-mana serba ramai, dan mobil-mobil yang melintas kebanyakan bernomor seri plat Jakarta. Perjalanan saya menikmati Jogja tak begitu jauh, hanya berkutat di sekitar Alun-alun Keraton Jogja, Malioboro, dan Pasar Beringharjo.

13112344791292468989

Pasar Beringharjo ini berada di sekitar Jalan Malioboro. Meski di sepanjang Malioboro sendiri berjajar pedagang batik, Pasar Beringharjo dengan lorong-lorongnya yang setia tetap bertahan dengan komoditas utamanya, batik.

Pasar Beringharjo mulai digunakan sebagai tempat “jualan” sejak tahun 1758. Mulanya kawasan Malioboro dan Pasar Beringharjo ini hanya berupa hutan beringin dan sedikit tanah lapang. Baru pada 1925, pasar ini resmi memiliki bangunan yang lebih permanen. Nama Beringharjo sendiri diberikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang artinya pohon beringin (bering) yang membawa kesejahteraan (harjo).

Berbelanja di pasar batik ini, Anda harus siap berdesak-desakan. Sebab, di lorong yang sempit, berjejal pedagang batik “Jowo” yang dengan ramah menawarkan dagangannya. Batik-batik yang disediakan pedagang Pasar Beringharjo, rupa-rupa jenisnya, mulai dari kain batik bermotif Lasem, Bantul, atau Madura. Kemudian, dari proses pembuatannya, juga tersedia batik tulis dan cap. Batik-batik yang sudah jadi pakaian juga ada, mulai dari kemaja, celana, kaos, hingga aksesoris busana lainnya seperti tas dan sepatu batik.

13112344901527612893

Pasar Beringharjo yang belantai tiga ini tidak hanya menyajikan kehangatan Jogja lewat batiknya. Ada juga sejuta kisah haru biru di pasar ini. Misalnya, jika Anda datang ke pasar ini jangan heran jika melihat banyak simbok sepuh yang menawarkan jasa gendong atau membawakan barang belanjaan Anda.

Nah, buat yang suka dengan barang-barang antik, di sisi utara Pasar Beringharjo Anda bisa menemukan pedagang koin uang kuno atau benggol yang dijual perkantung. Di sudut pasar bagian utara ini juga, Anda bisa menemukan para ibu yang menjual aneka rempah-rempah yang biasa digunakan sebagai bahan jamu.

Tahun ini, saya dan keluarga juga sudah punya rencana untuk mudik ke Jogja. Mudah-mudahan rencana ini bisa terwujud, dan saya bisa singgah kembali di Pasar Beringharjo.

Gambar: google

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline