Lihat ke Halaman Asli

Pola Pengembangan Paragraf Induktif- Deduktif

Diperbarui: 4 April 2017   18:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pola Pengembangan paragraf Induktif- Deduktif

Banyak cara yang dapat digunakan dalam menyampaikan pendapat, di antaranya secara induktif dan deduktif.

Bentuk penyampaian pendapat atau penalaran pendapat secara induktif dan deduktif pun beraneka macam.

1.   Pengembangan paragraf Induktif

Pengembangan induktif dilakukan dengan menyebutkan permasalahan-permasalahan khusus dan berangsur-angsur menuju simpulan (permasalahan umum).

Jenis Pengembangan Induktif yaitu :

•Generalisasi

•Analogi

•Sebab-akibat (kausalitas)

• Generalisasi

Pengembangan secara generalisasi dilakukan dengan mengemukakan hal-hal khusus lalu menarik simpulannya secara umum.

Contoh :

- Jika dipanaskan, besi memuai.

- Jika dipanaskan, tembaga memuai.

- Jika dipanaskan, perak memuai.

- Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.

Contoh paragraf generalisasi

Untuk menjadi karyawan PT Digital Modern, syarat utamanya adalah sarjana. Akan tetapi, tidak cukup sarjana saja. Calon karyawan harus memiliki Indeks Prestasi bagus di Perguruan Tingginya, minimal 2,75. Calon karyawan juga harus menguasai salah satu bahasa asing, Inggris atau Mandarin. Jika semua persyaratan administratif sudah terpenuhi, mereka harus lulus serangkaian tes yang diselenggarakan oleh PT Digital Modern. Jadi, memang tidak mudah untuk dapat diterima menjadi karyawan PT Digital Modern.

• Analogi

Penalaran analogi dilakukan dengan cara membandingkan dua hal yang berbeda, tetapi keduanya memiliki beberapa sisi persamaan.

Contoh paragraf analogi

Orang yang memiliki ilmu pengetahuan luas dan berpendidikan tinggi seharusnya bersifat seperti padi. Setangkai padi yang mulai berisi akan merunduk. Makin bernas bulir padi itu, makin merunduk tangkainya. Begitu pula manusia yang berilmu dan berpendidikan tinggi. Semakin ia berwawasan, semakin ia merendahkan hatinya seperti merunduknya setangkai padi yang berbulir bernas.

• Kausalitas

Penalaran kausalitas menunjukkan hubungan sebab-akibat atau akibat-sebab.

Contoh paragraf kausalitas

(sebab-akibat)

Penduduk dari daerah banyak yang hijrah ke Jakarta. Mereka terimingi-imingi oleh gambaran kehidupan mewah di Jakarta dan kemudahan mencari kerja. Akibatnya, Jakarta semakin penuh oleh pendatang.

Contoh paragraf kausalitas yang lain

(akibat-sebab)

Pengurusan KTP sangat mahal sehingga menimbulkan kegusaran masyarakat. Pasalnya, karena birokrasi yang  berbelit. Selain itu, masih kerap terjadi oknum-oknum mencantumkan biaya ini-itu untuk pengurusan KTP yang sebenarnya fiktif belaka.

2.Pengembangan paragraf Deduktif

Pengembangan deduktif menyampaikan hal-hal umum terlebih dahulu, lalu berangsur-angsur menjelaskan hal-hal khusus.

Contoh

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa the mempunyai banyak manfaat. Mengonsumsi teh secara teratur dapat mencegah kanker meskipun tidak terlalu besar. The juga menguatkan tulang dan mencegahpertumbuhan plak di permukaan gigi sehingga mencegah gigi berlubang. Tidak hanya memenuhi kebutuhan cairan tubuh seperti air putih, the juga melawan penyakit jantung.

Gagasan utama paragraf tersebut terdapat di awal paragraf (deduktif) yaitu  Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa the mempunyai banyak manfaat.

Jenis Penalaran Deduktif

•Silogisme

•Silogisme negatif

•Entimem

• Silogisme

Pada silogisme terdapat dua premis (pernyataan) dan satu simpulan. Kedua premis itu adalah premis umum (mayor) dan khusus (minor).

Rumus silogisme

PU       : Semua A = B

PK       :              C = A

S          :              C = B

contoh

PU : Semua orang Islam wajib melaksanakan salat.

A                                             B

PK : Radit adalah orang Islam.

C                               A

S  : Radit wajib melaksanakan salat.

C                               B

• Silogisme negative

Silogisme negatif adalah sebuah silogisme yang salah satu premisnya bersifat negatif. Jika salah satu premisnya negatif, simpulannya juga negatif.

Dalam silogisme negatif biasanya digunakan kata ‘tidak’ atau ‘bukan’.

Contoh

PU : Siswi di sekolah negeri tidak wajib berjilbab.

A                                             B

PK : Desi adalah seorang siswi di sekolah negeri.

C                               A

S   : Desi tidak wajib berjilbab.

C                               B

• Entimem

Entimem adalah silogisme yang diperpendek. Dari sebuah silogisme dapat dibuat entimemnya. Demikian pula sebaliknya, dari sebuah entimem dapat disusun silogisme.

Rumus Entimem

C = B karena C = A

contoh

PU : Semua orang Islam wajib melaksanakan salat.

A                                             B

PK : Radit adalah orang Islam.

C                               A

K   : Radit wajib melaksanakan salat.

C                               B

Entimem :

Radit wajib melaksanakan salat karena ia orang Islam

C                    B                                             C        A

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline