Lihat ke Halaman Asli

Aji NurRohman

Mahasiswa IAIN JEMBER /FTIK/PAI/A7

Benarkah Guru Menghukum Murid?

Diperbarui: 21 April 2020   19:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Inilah salah satu keistimewaan guru dari orang tua. Pada dasarnya semua orang di dunia harus memiliki guru karena mustahil orang tua mendidik anaknya sendiri. Karena anak tersebut akan meremehkan orang tua dan orang tua tidak akan tega menghukum anaknya sendiri. Oleh karena itu pentinglah seorang manusia memiliki guru terutama guru agama. Karena seorang guru agama memiliki barokah tersendiri yang mana suatu saat akan menuntun jalan menuju akhirat.


Bolehkah dan benar/salahkah guru menghukum murid? Sangat boleh dan benar, karena selain memberikan efek jera, hukuman berfungsi untuk melihat seberapa besar keikhlasan, ketulusan, ketawaddu'an dan ketaatan murid dalam menuntut ilmu. Hal ini sangat berpengaruh kepada masa depan seorang murid dalam menjalani kehidupan dilingkungan masyarakat. Bentuk pengajaran seorang guru bermacam-macam dan karakter murid juga demikian. Hukuman adalah salah satu bentuk ujian yg diberikan guru.


Syaikhona kholil al-bangkalani atau biasa akrab disebut mbah kholil bangkalan memiliki banyak murid yang akhirnya menjadi ulama besar semua. Mbah kholil sangat unik dan berbeda-beda dalam mengajar murid-muridnya. Jarang sekali yang di ajar ngaji olehnya, melaikan di beri perintah. Ada yang di perintah mencari kayu, memotong bambu, memasak, mengantar surat dan ada juga yang dikurung dengan kurungan ayam dan lain-lain. Namun sang murid sangat ikhlas dan tidak ada keluhan sedikitpun.


Memanjakan murid sama dengan menghancuekan masa depan mereka dan sebaliknya menyengsarakan murid sama dengan menyelamatkan masa depan mereka. Oleh karena itu mari bersikap tegas dan profesional sebagai seorang guru dan menjadi contoh bagi semua muridnya. Ada hal penting yang harus dimiliki seorang murid yaitu pasrah (menyerahkan jiwa dan raganya) karena tidak ada guru yang menjerumuskan kepada keburukan, dan semua tindakan guru akan dipertanggung jawabkan diakhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline