Sejak awal Jokowi menghindari berperang secara frontal dengan DPR, berusaha mengikuti arus keinginan DPR. Jokowi membiarkan mahasiswa berhadapan secara langsung dengan DPR.
Sehingga cukup alasan bagi Jokowi menolak revisi UU KPK dengan menerbitkan Perppu. Semua melihat seperti apa reaksi masyarakat, penggiat anti korupsi, dan mahasiswa menolak Revisi UU KPK.
Memang apa yang dilakukan Jokowi sangat riskan. Resikonya sangat besar, tapi seorang pemimpin memang harus berani menghadapi dan menerima resiko dari sebuah keputusannya.
Demo mahasiswa yang menolak Revisi UU KPK di DPR selama beberapa hari belakangan ini, juga memancing reaksi pelajar yang belum cukup usia, juga kelompok-kelompok yang mempunyai agenda tersendiri.
Jokowi meminjam tangan mahasiswa untuk memukul semak yang semakin menjadi belukar, akhirnya ular-ular pun keluar. Jokowi sadar bahwa dukungan terbesar terhadap kekuasaannya adalah dari masyarakat, bukan dari Partai politik pendukungnya.
Disaat genting, Jokowi sendirian menghadapi, Partai pendukungnya bergeming tanpa reaksi, mereka bersembunyi didalam semak belukar kepentingan.
Reaksi Partai pendukung Jokowi hanya terlihat disaat pembagian kursi Menteri yang diwacanakan, yang sampai sekarang masih belum terlihat seberapa besar porsi yang mereka dapat.
Jelas ini sangat mempengaruhi dukungan bagi Pemerintahan Jokowi. Tidak ada makan Siang gratis, begitulah prinsip Partai politik dalam memberikan dukungan.
Melalui dengar Pendapat dengan beberapa tokoh masyarakat, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, menawarkan tiga opsi kepada Pemerintah untuke menolak Revisi UU KPK.
Pertama adalah legislatif review, artinya nanti disahkan kemudian dibahas pada periode berikutnya. Kan biasa terjadi revisi undang-undang yang sudah disahkan.