Lihat ke Halaman Asli

Ajinatha

TERVERIFIKASI

Professional

Susahnya Menulis di Era Orde Baru

Diperbarui: 27 Agustus 2019   08:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dewaweb.com

Melalui artikel ini penulis ingin berbagi pengalaman betapa sulitnya menyalurkan hobi menulis di Era Orde Baru. Dimana media begitu diawasi Pemerintah, di samping itu bagi seorang pemula juga tidak mudah bisa diterima tulisannya, terlebih kontennya menyangkut hal politik.

Sekarang sih enak mau menyalurkan aspirasi sangat banyak media yang bisa menampung, bisa nulis di FB, media online, bahkan di platform media penulisan. Di era Orde Baru mana bisa kita membuat tulisan di media mainstream sebebas sekarang ini, media yg kritis aja kena breidel.

Dulu tahun 80an penulis cuma bisa menulis di kolom Surat pembaca Kompas dan media Indonesia, dan media sejenisnya, itupun sekali dua kali saja bisa dimuat, kalau bisa dimuat sudah girang sekali. 

Bahkan kalau sudah di muat, teman satu asrama mahasiswa bisa pada ketakutan, sebagai penulis menganggap biasa saja,malah mereka yang ketakutan, karena konten yang saya tuliskan soal isu politik terkini yang memang sangat sensitif, tapi saya gak peduli.

Pernah penulis membahas soal opini David Jenkins tentang Keluarga Soeharto di media Australia Sidney Morning Herald, yang penulis kirim ke Surat Pembaca Kompas, karena peluangnya bisa dimuat cuma disitu.

Waktu itu senior-senior di asrama mahasiswa pada marah, penulis dianggap terlalu berani menuliskan itu, dan akan beresiko terhadap posisi mereka sesama Penghuni asrama. Bahkan ada senior dikampus juga Ikut komplin, dia juga beranggapan tulisan tersebut punya resiko pada kampus. 

Alhamdulillahnya tulisan tersebut tidak seperti yang dikuatirkan, semua aman-aman saja. Setelah itu penulis semakin rajin menulis, saat itu hanya berpikir kalau media berani memuatnya, itu berarti media akan Ikut bertanggung jawab terhadap isinya.

Ternyata kebiasaan menulis di era Orde Baru itu terus membuat penulis semakin rutin menulis, bahkan tulisan-tulisan tersebut dikumpulkan dalam satu buku. Sayangnya kompilasi tulisan itu dipinjam teman dan tidak pernah kembali lagi. 

Hasrat menulis ini betul-betul bisa tersalurkan saat media sosial seperti Facebook dan Twitter muncul, dan era kebebasan media paska Orde Baru mulai benar-benar terbuka lebar, dimana Presiden BJ Habibie membuka kran kebebasan Pers.

Bisa menulis di Note Facebook saja sudah sangat senangnya, karena saat itu untuk menulis distatus masih dibatasi jumlah karakternya. Sempat banyak juga menyimpan tulisan di Note Facebook, dan pembacanya juga lumayan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline