Lihat ke Halaman Asli

Ajinatha

TERVERIFIKASI

Professional

Pemilu 2019 Bukanlah Pemilu di Kongo

Diperbarui: 14 Maret 2019   04:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : pixabay

Saya kalau mendengar pernyataan-pernyataan Amien Rais, sungguh membuat saya cemas terhadap Pemilu 2019 yang akan datang. Semoga saja ini hanya merupakan kecemasan saya pribadi, tidak menjadi kecemasan masyarakat pada umumnya.

Setiap pernyataannya, sungguh tidak menenangkan. Padahal dari seorang yang sepuh seperti beliau, harusnya kita mendapat banyak teladan yang baik, akhlak orang tua yang baik, bukanlah ketakutan-ketakutan yang menghantui kondisi Pemilu yang menjadi Pesta Demokrasi, yang dilaksanakan setiap Lima tahun sekali.

Saya mencemaskan situasi Pemilu seperti yang dialami Republic Democratic Kongo (RDC), di mana kericuhan terjadi baik sebelum Pemilu dilaksanakan, maupun setelah Pemilu dilaksanakan, pada 2018 yang baru lalu.

Memang secara situasi dan kondisi politik saat ini di Indonesia, sangat berbeda dengan situasi dan kondisi politik di Kongo. Namun hal-hal yang memicu kericuhan tersebut, indikatornya hampir sama. Tidak adanya kepercayaan terhadap lembaga penyelenggara Pemilu, dan pengaruh sentimen terhadap Rezim yang berkuasa, menjadi pemicu awalnya.

Amien Rais tidak segan-segan untuk memprovokasi ibu-ibu, agar setiap pengajian tetap menyuarakan sentimen terhadap Jokowi. Bahkan Amien Rais sanggup mengatakan Pilpres 2019, seperti perang badar. Partai yang berseberangan dengan Partai oposisi, adalah Partai setan.

Semua ucapan yang dimuntahkan dari mulut Amien Rais penuh dengan nada permusuhan. Lihat saja cara dia mengintimidasi KPU, dia sudah mengindikasikan kalau KPU akan berbuat curang. Dia akan minta Prabowo untuk mundur kalau ternyata KPU benar-benar melakukan kecurangan.

Saya menduga, Amien Rais sedang melakukan Conditioning terhadap apa yang akan terjadi. Ini semacam pra-kondisi dari "skenario kekalahan". Kalau kemungkinan kalah, maka yang akan dikondisikan adalah situasi seperti yang dia katakan.

Yang jelas KPU akan menjadi sasaran utama, menolak semua hasil Pemilu, karena Pemilu dianggap curang. Polemik soal DPT dan orang asing masuk dalam DPT, menjadi pintu masuk bagi oposisi untuk menolak hasil Pemilu, akibatnya Pemilu menjadi kisruh.

Pemilu Kongo juga sempat kisruh sebelum dimulai, karena gudang KPU terbakar, 7.000 mesin penghitung suara habis terbakar. Saling tuduh antara Rezim berkuasa dan pihak oposisi. Oposisi menganggap Rezim berkuasa sengaja membakar untuk mendiskreditkan oposisi.

Barnab Kikaya bin Karubi, seorang penasehat kepresidenan, menyalahkan pelaku yang identitasnya belum diketahui itu. Ulah penjahat tersebut membuat sekitar 7.000 dari 10.000 mesin pemungutan suara rusak.

Sebaliknya, para pendukung oposisi mengklaim, kebakaran itu sengaja dilakukan oleh pihak Joseph Kabila, pemimpin yang berkuasa sejak 2001, agar ia mendapatkan alasan untuk menunda pemilu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline