Memang benarlah kalau dikatakan, segala sesuatu itu tergantung daripada niat. Kalau berdoa niatnya mengagungkan dan memuji kebesaran Allah, maka doa pun menjadi Indah diucapkan, dan enak didengar telinga, In Shaa Allah akan dikabulkan.
Sebaliknya jika niat dalam berdoa sudah salah, maka doa pun terucap sebagai sebuah ancaman. Kalau sudah begitu biasanya, ancaman tersebut akan berbalik kepada yang mengucapkan. Itulah pentingnya niat yang baik disaat melantunkan doa.
Apa yang dilakukan Neno Warisman, saat acara doa bersama dalam Munajat 212, adalah kesalahan niat, niat hati ingin memperlihatkan keagungan kelompoknya dihadapan Tuhan, yang keluar dari lisannya malah sebuah ancaman terhadap Tuhan.
Kalau saja dia memahami doa Rasulullah SAW, saat menghadapi perang Badar, maka dia akan terhindar dari kesalahan. Dalam doanya Rasulullah SAW, memosisikan dirinya sebagai hamba Allah, yang mengharapkan pertolongan, dan tetap bertawakal terhadap Kekuasaan Allah, sedikit pun tidak terbersit dalam doanya sebuah ancaman terhadap Allah.
"Ya Allah Azza wa Jalla, penuhilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah Azza wa Jalla berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah Azza wa Jalla, jika Engkau membinasakan pasukan Islam ini, maka tidak ada yang akan beribadah kepada-Mu dimuka bumi ini." [HR. Muslim 3/1384 hadits no.1763]
Dalam kerendahan hati, Rasulullah SAW mengucapkan, "jika Engkau membinasakan pasukan Islam ini, maka tidak ada yang akan beribadah kepada-Mu dimuka bumi ini." Tidak ada kalimat "Menangkanlah kami, atau aku dan pasukanku," karena Rasulullah SAW sangat mengerti, itu adalah kewenangan Allah yang tidak bisa dipaksa.
Coba bandingkan dengan doa yang dilantunkan Neno lewat potongan puisi Munajat 212 dibawah ini, yang mana puisi doa tersebut sangat bermuatan politis, yang berusaha memosisikan dirinya dan kelompoknya yang patut ditolong Allah, dari kelompok yang menurutnya tidak patut menerima sebuah kemenangan.
"Namun, kami mohon jangan serahkan kami kepada mereka yang tak memiliki kasih sayang pada kami dan anak, cucu kami dan jangan, jangan kau tinggalkan kami dan menangkan kami. Karena jika engkau tidak menangkan kami, (kami) khawatir Ya Allah, kami khawatir Ya Allah, tak ada lagi yang menyembahmu."
Pada kalimat, "jika engkau tidak menangkan kami, (kami) khawatir Ya Allah, kami khawatir Ya Allah, tak ada lagi yang menyembahmu." Sangat jelas terkandung sebuah ancaman terhadap Allah, tidak ada kerendahan hati sedikit pun dalam kalimat ini.
Apa niat yang ada didalam hati neno saat melantunkan doa tersebut, apakah dia sengaja ingin memuliakan kelompoknya dihadapan Allah, apa motivasinya, apa yang membuat Allah harus menolong kelompoknya, perbuatan mulia apa yang sudah dilakukannya, sehingga begitu penting Allah harus menerima ancaman tersebut.
Rasulullah SAW yang jelas-jelas merupakan utusan Allah, untuk menyebarkan Agama Allah saja sangat hati-hati dalam melantunkan doa, penuh dengan kerendahan hati, dan tetap memosisikan sebagai hamba Allah, tidak sedikit pun mendikte Allah untuk memenuhi doanya.
Apakah Neno lebih mulia dari Rasulullah SAW,? Sehingga bisa dengan seenaknya mendikte Allah SWT, harusnya Neno Istighfar, memohon ampun kepada Allah, karena sudah lancang memaksa Allah untuk memenangkan kelompoknya, dan belum tentu pula kalau menang akan membela agama Allah, karena manusia tempatnya salah, tempatnya khilaf, dan Allah sangat mudah membolak-balikkan hati manusia.