[caption id="" align="alignleft" width="350" caption="illustrasi : gerahan.itb90.com"][/caption] Penulis : Ajinatha Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden 2014 tinggal dua tahun lagi. Dua tahun bukanlah waktu yang lama, karena tanpa terasa dua tahun tersebut akan sampai juga saatnya. Seperti judul tulisan ini, "Politik Kucing dalam Karung," adalah sebuah penggambaran dimana setiap kali Pemilu dan Pilpres kita dihadapkan pilihan yang sulit, karena kita tidak pernah tahu siapa sesungguhnya yang kita pilih. Analogi memilih Kucing dalam Karung, adalah sesuatu yang sangat pas untuk pengibaratan tentang situasi dan kondisi yang kita hadapi. Politik Kucing dalam Karung pun juga demikian, dimana pada kenyataan yang sesungguhnya politik tidaklah akan pernah transparan, apalagi yang dikatakan dengan politik transaksional, sangatlah tidak mungkin akan transparan. Politik Kucing dalam Karung, bagian dari strategi partai untuk meraih kemenangan, kadang apa yang ditawarkan sangat berbeda dengan apa yang akan didapat, kemasan akan sangat jauh berbeda dengan kualitas isinya. Begitulah sejatinya permainan politik, bagi masyarakat yang tidak melek politik, maka akan seperti memilih kucing dalam karung, tidak tahu apa yang dipilih sesungguhnya. Kalau mau mengamati kualitas sesungguhnya para anggota legislatif kita sekarang ini, sangatlah jauh dari harapan. Sistem rekrutmen yang dilakukan oleh partai politik memang tidak memberikan kita pilihan agar kita bisa memilih yang berkualitas lebih baik, sehingga pada akhirnya apa yang kita pilih tidaklah sesuai dengan apa yang kita inginkan. Buruknya kualitas anggota legislatif, baik secara perorangan mau pun secara kelembagaan, tidak terlepas dari peran kita sebagai pemilih, namun kesalahan tersebut menjadi kesalahan kolektif ketika partai pun tidak mampu menawarkan calon anggota legislatif yang berkualitas baik. Lihatlah apa yang terjadi sekarang ini, banyak sekali anggota legislatif yang tersangkut korupsi, juga berbagai prilaku buruk lainnya. Itulah Politik Kucing dalam Karung, semua yang ditawarkan bukanlah sesuatu yang memang sesuai dengan harapan. Kader pemimpin yang dilahirkan dari partai politik pun sudah terkontaminasi oleh berbagai prilaku buruk politisi sebelum mereka, sehingga prilaku buruk tersebut terus terpelihara dan diwarisi oleh kader partai berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H