Yang namanya Suporter Sepakbola tidak hanya di Indonesia yang Rusuh, tapi Suporter sepakbola di Indonesia memang paling parah rusuhnya. Kayaknya memang sudah bawaan kultur, karena tidak saja suporter sepakbola yang perusuh, Siswa sekolah dan Mahasiswa dan juga masyarakat sudah jadi perusuh.
Kalau kita mengamati pemberitaan media, hampir setiap hari kita membaca berita tentang tawuran warga, tawuran anak sekolah dan juga tawuran Mahasiswa. Entah gejala apa yang sedang terjadi dimasyarakat sekarang ini. Baru saja kita mendapat berita ada tiga nyawa melayang karena kericuhan antar suporter sepakbola, masih basah tanah dipemakaman ketiga orang tersebut, lalu ada lagi yang tewas karena kericuhan antar supoter sepakbola.
Tidak perlu kita bertanya ini salah siapa, dan tanggung jawab siapa. Inilah salah satu dampak dari masyarakat yang tidak tertata dengan baik, dan juga dunia pendidikan yang sudah salah arah, sehingga kita hanya mampu melahirkan generasi yang berjiwa Bar-bar, yang tidak lagi memiliki norma dan etika pergaulan. Hilangnya nilai-nilai kebangsaan sehingga kita tidak lagi menghargai keutuhan persatuan dan kesatuan Bangsa.
Generasi kita adalah genarasi pemarah, yang rentan pergesekan dan mudah untuk diadu domba oleh hal-hal yang sangat sepele. Rendahnya kualitas intlektual merupakan buah dari tidak bermutunya dunia pendidikan kita. Pendidikan hanya dilaksanakan sebatas memenuhi kurikulum, tidak menyentuh hal-hal yang sangat substantif, sehingga tujuan pendidikan sudah menyimpang jauh dari yang diharapkan.
Rendahnya kualitas intlektual berdampak luas pada kehidupan dan kesejahteraan. Kalau sudah demikian maka tidak aneh suporter Sepakbola kita pun sudah layaknya orang Bar-bar, yang hidup semaunya dan tidak menghiraukan etika pergaulan dan etika bermasyarakat, urakan juga anarkis sudah menjadi gaya hidup sehari-hari.
Solideritas yang muncul bukan lagi solideritas yang bersifat konstruktif, tapi lebih kepada tindakan destruktif. Mestinya wadah organisasi suporter tidak saja hanya mewadahi masa, tapi juga memberikan pembinaan mental dan moral pada anggotanya. Wadah organisasi suporter sebaiknya tidak sekedar mengumpulkan masa sebanyak-banyaknya, tapi mengarahkan mereka agar tidak menjadi suporter yang urakan dan bertindak anarkis.
Begitu juga klub sepakbola yang menjadi fans para suporter, harusnya bisa membentuk dan mempengaruhi suporter agar lebih tertib dan bisa menahan diri dari setiap gesekan yang mungkin saja terjadi saat ada event kompetisi. Kalau tidak ada arahan baik dari wadah organisasi suporter dan klub sepakbola, maka akan selamanya antar suporter sepakbola saling berbenturan hanya karena hal-hal yang sepele.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H