Politisi PKS, Fahri Hamzah Menuai Badai

Pernyataan kontoversi Fahri Hamzah, Wakil Sekjen Partai PKS sepertinya menjadi bumerang bagi Partai PKS, karena pernyataan tersebut diterima secara negatif oleh masyarakat. Efek dari pernyataannya tentang pembubaran KPK menuai kritik dari masyarakat.

Sebagai politisi muda yang seharusnya punya pemikiran cemerlang, Fahri terjebak oleh permainan politik. Memang Fahri dinilai sebagai kader partai yang bersikap kritis, namun sayangnya Fahri lemah dalam membaca situasi, sehingga pernyaatannya tentang pembubaran KPK tidak mendapat dukungan dari partai yang lainnya.

Fahri boleh dibilang sebagai politisi anak kemarin sore yang belum banyak mempunyai pengalamna berpolitik, sehingga kurang pandai membaca situasi yang sedang berkembang, dia terjebak dalam pernyataan yang sama sekali tidak menguntungkan partai PKS. Sekalipun PKS menganggap pernyataan yang dilontarkan Fahri itu adalah pernyataan pribadi, tapi tetap saja masyarakat menganggapnya mewakili partai PKS. Karena pernyataan tersebut disampaikannya dalam rapat konsultasi pimpinan DPR dengan KPK, Polri, dan Jaksa Agung.

Cendekiawan muslim Azyumardi Azra menilai ucapan Fahri Hamzah mencederai cita-cita kelahiran PKS. "Saya kira mencederai cita-cita PKS ya, pendapat-pendapat seperti itu. Saya pikir ini pendapat yang tak pantas dikeluarkan oleh beberapa orang wakil rakyat kita," ujar Azyumardi.

Kalau menurut penulis apa yang dilakukan Fahri Hamzah ini adalah upaya mencari populeritas lewat pernyataan yang tidak populis, dan menjadi sudah kebiasaannya mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang kontroversi, karena dia pikir dengan melawan arus akan bisa menjadi politisi yang populer, namun sayangnya dia belum memiliki jam berpolitik yang cukup untuk melakukan itu, yang pada akhirnya memakan dirinya sendiri.

Seperti yang dilansir sebuah media online, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera segera meminta keterangan Wakil Ketua Komisi Hukum DPR Fahri Hamzah terkait ucapannya soal ide pembubaran KPK. Hal ini disampaikan Ketua Fraksi PKS DPR Mustafa Kamal, Rabu (5/10).

Sumber tulisan sebagian dikutif dari beberapa Media online dan media televisi.