Lihat ke Halaman Asli

Ajinatha

TERVERIFIKASI

Professional

"Demi Rakyat," Sebuah Kata yang Manis

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13272370371087926323

[caption id="attachment_165450" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Sebuah kata manis yang akan sering kita dengar, "Demi Rakyat" akan selalu meluncur dari mulut para politisi dan para penyelenggara negara, terlebih menjelang Pemilu 2014. Apa pun yang akan mereka lakukan semua "Demi Rakyat," mereka bekerja keras juga Demi rakyat, tapi hasilnya mereka yang menikmati, rakyat hanya digunakan untuk dalih meng-Goalkan kebijakannya. Demi Rakyat ini adalah sebuah kata yang ampuh untuk memperalat para wakil rakyat yang turut punya andil dalam urusan penentuan kebijakan pemerintah, bahkan wakil rakyat juga tidak jarang menggunakan kata Demi Rakyat dalam setiap kegiatannya, sekalipun pelesiaran yang dilakukannya hanya urusan senang-senang, tapi tetap saja rakyat dibawa-bawa untuk melancarkan turunnya fasilitas dari pemerintah. Kata Demi Rakyat ini bahkan bisa dijadikan senjata, baik bagi pemerintah maupun wakil rakyat untuk memperalat rakyat agar senantiasa percaya terhadap semua kebijakan yang mereka keluarkan adalah Demi Rakyat, sekalipun pada akhirnya rakyat hanya terbohongi oleh sebuah kata yang bernama Demi Rakyat. Lihat saja ucapan menteri ESDM, Jero Wacik, yang saya kutip dari Okzone.com dibawah ini ; "Itu pertengahan November-Desember lalu, kita kurang kuota dan sudah menjelang Natal. Enggak bisa lagi kita rapat, karena rakyat butuh sekali. Kalau bagi kita itu, rakyat nomor satu. Jadi terus diceklah itu satu-satu dan ternyata kata Menteri Keuangan, masih ada slot (untuk menambah kuota BBM subsidi)," ungkap menteri ESDM Jero Wacik di sela acara penutupan Turnamen Golf di Cawang, Jakarta, Minggu (22/1/2012) Mungkin kata-kata seperti ini sangat sering kita dengar, namun hasil dari implementasinya yang tidak bisa kita nikmati, karena memang keberadaan rakyat itu dalam negara ini hanya sebagai pelengkap penderita saja, diperlukan keberadaannya disaat dibutuhkan, namun tidak dicukupkan kebutuhannya saat rakyat memerlukannya. Semoga saja kata "Demi Rakyat" ini bukan hanya ucapan jualan pemerintah untuk mengambil hati rakyat dalam rangka pemenangan pemilu dimasa datang, setelah pemilu rakyat kembali dilupakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline