Sungguh buta mata dan hati orang-orang istana kalau mengatakan Royal Wedding Ibas dan Aliya tergolong sederhana, jangan-jangan mereka memang sudah buta terhadap kesederhanaan, atau juga standar kemewahan yang sudah berubah dimata mereka, sehingga pernikahan yang megah dan sudah membuat orang lain menjadi susah karena mengerahkan segenap tenaga orang-orang yang berada dilingkaran terdekat istana. Lihat saja dekorasi yang menghiasi acara resepsi pernikahannya hari ini (26/11/2011) di Gedung JHCC Senayan, sangat jauh dari kata Sederhana, seperti halnya ketika acara Akad nikah di Istana Kepresidenan Cipanas. Kondisi ini sangat bertentangan dengan apa yang dikatakan juru bicara kalangan istana. Bukan tidak pantas Presiden SBY melakukan hal itu, dan juga bukan berarti masyarakat menjadi sentimen melihat Perhelatan Akbar ini, hanya saja melihat kenyataan masyarakat yang ada, acara ini menjadi sesuatu yang mencolok mata. Seperti kritik yang disampaikan seorang Sejarawan JJ Rizal tentang pernikahan megah miliaran rupiah putra Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Edhie Baskoro Yudhoyono dan putri Hatta Rajasa, Siti Rubi Aliya Rajasa, yang dilansir oleh Okezone.com : "Harusnya di masa–masa tengah gencar pisahkan ranah privat dan publik, SBY harus menjadi teladan, tetapi saat ini justru ia tak memiliki roso risih diantara rakyat Indonesia,” tutur Rizal kepada okezone, Kamis (24/2011/11). Kalau Menkopolhukam Djoko Susanto pernah mengatakan pernikahan Ibas dan Aliya tidaklah menggunakan uang negara sangat bisa dibenarkan, namun kalau dikatakan tidak menggunakan fasilitas Negara untuk kepentingan pribadi, seperti halnya Istana Kepresidenan Cipanas, Pengawalan Aparat dan semua fasilitas negara yang digunakan, tentunya semuanya ini merupakan bentuk dari pemanfaatan fasilitas atas nama Jabatan. Seperti yang dikatakan Rizal diatas, semestinya Presiden SBY bisa menjadi teladan untuk memisahkan ruang privat dan publik. Dengan sudah menggelar pernikahan di istana terhadap kedua putrinya, Presiden SBY dinilai telah melakukan privatisasi negara, dan yang lebih mirisnya lagi, perhelatan di Cipanas tersebut diadakan ditengah-tengah kemiskinan rakyat disekitarnya, dan acara tersebut terlihat sangat kontras dengan keadaan disekitarnya. "Struktur kenegaraan tak bisa dipisahkan dari kepentingan pribadi, seolah negara adalah saya (Presiden SBY). Disaat ADB mengumumkan pertambahan angka kemiskinan di Indonesia mencapai 2,7 juta. Sementara, presidennya justru menunjukkan sebagai orang yang super kaya. Semetinya kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia, namun pernikahan ini justru menjadi hiburan ironis di tengah kemiskinan rakyat,” tegas Rizal lagi." (Okezone.com). Ternyata pandangan tentang kesederhanaan itu bagi orang-orang dilingkungan Istana adalah Kemewahan seperti yang mereka pertontonkan sekarang ini, mereka tidak bisa lagi melihat realita sebuah kesederhanaan, karena hidup mereka sudah bergelimang kemewahan, sehingga menjadi sulit membedakan mana kesederhanaan dalam takaran masyarkat, dan seperti apa kemewahan yang sesungguhnya. Orang-orang disekitar istana pun sudah menjadi Racun bagi penghuni istana itu sendiri. Sumber tulisan : Okezone.com Illustrasi foto : Google images
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H