Lihat ke Halaman Asli

Aji Muhammad Iqbal

Penulis Amatir

Kekerasan Seksual Seolah Merayakan "Big Sale"

Diperbarui: 9 Desember 2021   18:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Kekerasan Seksual: detik.com

Oleh: Aji Muhammad Iqbal (Penulis Amatir)

Isu kekerasan seksual sepertinya topik yang tak pernah habis dibahas. Akhir-akhir ini aja udah hampir tiap minggu dengarnya. Selain sedang banyak urusan kerja, tentu orang seperti saya ikut pusing liat isu tiap minggu, selalu saja ada korban kekerasan seksual.

Jika kamu selaku pengguna aktif media sosial, pernah ngerasain gak sih kekerasan seksual belakangan ini menjadi isu yang sering muncul di media? Selain isu politik, kekerasan seksual juga menjadi topik mainstream yang menggemparkan jagat maya. Buset, meski cakapnya gak seberapa, si pelaku ini udah kaya super hero aja sering eksis di media.

Saking pusingnya liat berita kekerasan seksual, membuat saya penasaran coba searching-searching. Hasilnya cukup mengagegatkan. Ternyata, banyak sekali memang isu kekerasan seksual di tahun 2021. 

Dalam catatan Komnas Perempuan misalnya, bulan Januari sampai Bulan Oktober 2021 ada 4.500 kasus kekerasan pada perempuan. "Emang segitu kebilangan banyak?" bagi ukuran bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi moralitas, angka segitu tentu banyak banget.

Belum isu yang baru-baru ini masih hangat. Misalnya, kematian bunuh diri Novia Widiasari di pusara ayahnya yang disebabkan depresi karena diperkosa hingga hamil, dan dipaksa untuk aborsi oleh pelakunya, Bripda Randi, anggota Polres Pasuruan.
Ngeri gak sih dengernya? Orang yang masih punya sisi kemanusiaan, pasti ngeri lah. 

Bayangin depresinya separah apa coba sampai dia bunuh diri. Bahkan pelakunya oleh anggota kepolisian, institusi yang punya tageline melindungi dan melayani masyarakat.  

Selain itu, kekerasan seksual di kampus juga marak. Misalnya baru-baru ini, seorang mahasiswi korban pelecehan seksual, dihapus dari daftar wisuda oleh dosen pelakunya. 

Sebobrok itu ya ternyata wajah institusi pendidikan kita. Para pelaku bersembunyi di bawah karpet perguruan tinggi. 

Saking kuatnya relasi kuasa predator dan lemahnya payung hukum, kampus yang senantiasa menjaga nilai, malah melindungi orang yang menciderai nilai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline