Manusia memiliki berbagai sebutan yang dianugerahi oleh Allah padanya. Apa saja sebutan itu dalam terminologi Al-Qur'an yang di sampaikan Ari Syariati dalam membahas hal-hal ikhwal yang ada di dalam konteks Filsafat terutama Filsafat Eksistensialisme.
Manusia dalam Al Qur'an disebut juga Ins, Insan, Basyar, Anam dan Naas.
Ins, yang berarti jinak, ramah dan menyenangkan merupakan bentuk dasar dari mental manusia, berbeda dengan teori John Lock bahwa manusia tidak memiliki mental bawaan (Tabula rasa).
Nampaknya dugaan saya ins inilah bentuk dasar dari mental manusia sebagai makhluk sosial, yang tidak bisa hidup tanpa berdampingan dengan orang lain. Bawaan dasar yang belum tercampur dengan pengalaman dan persepsi hidupnya.
Insan, dihubungkan dengan bagian dada sampai kepala seperti kecerdasan atau daya intelek dan kesadaran. Insan berarti manusia yang memiliki kecerdasan dan kesadaran akan kehendaknya.
Hal ini menurut beberapa sumber yaitu atribut akal dan qalb. Dalam Alquran menurut M. Quraish Shihab, kata insan digunakan untuk menunjukkan manusia dengan seluruh totalitas, jiwa dan raga. Perbedaan antara sesama itu karena perbedaan fisik, mental dan kecerdasan
Basyar, dihubungkan dengan bagian perut hingga kebawah yaitu seperti daya pendorong atau nafsu contohnya rasa lapar dan haus serta hasrat untuk bereproduksi.
Mengambil Dalam filosofi ibnu sina, basyar dibagi menjadi 2, yaitu sifat hewani dan sifat nabati. Daya hewani yaitu meliputi daya penggerak dan mengetahui (Instingtif). Daya nabati yaitu daya makan, tumbuh dan berkembang. Basyar ini yang jika kita tidak kontrol akan menjadi liar dan jatuh pada keadaan berlebihan. Basyar menurut Ali Syariati dalam hal ini merupakan atribut biologis dan fisiologis.
Eksistensi manusia menurut Jean Paul Sastre yaitu Being in it self dan being for it self. Senada dengan penyebutan manusia dalam Al Qur'an yaitu anam menurut Az-Zabidi bentuk dasarnya anama yang artinya mengembang atau yang diistilahkan dalam filsafat adalah mengada di dalam dirinya sendiri (Being in it self).
Namun yang di ambil dari gagasan satre bukan pada bahwa manusia tanpa fundamen dan tanpa diciptakan. Tetapi, mengambil istilah Sartre juga, yaitu keadaan mengada manusia secara tidak sadar sehingga ia tidak mampu memberi makna pada eksistensinya.