Lihat ke Halaman Asli

Metro TV, Benarkah Anggota ISIS Gemar Berkumpul di Masjid?

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Membaca berita di  news.metrotvnews.com benar-benar membuat kecemburuan terhadap agama yang saya anut muncul. Bagaimana tidak? Metro TV seolah-olah benar-benar mencoba menantang umat  Islam dengan  pemuatan judul yang “luar biasa tidak bermutu”.

Coba Anda netizen, bagaimana menurut Anda ketika membaca judul berita berikut:

Anggota ISIS Gemar Berkumpul di Masjid "

Yah” LUAR BIASA SAUDARA”,  heboh mengenai ISIS benar-benar dimanfaatkan Metro TV untuk mengopinikan bahwasanya umat Islam  yang gemar ke masjid memiliki kecenderungan terekrut menjadi anggota ISIS.

Sebetulnya judul yang di muat oleh Metro TV tersebut sangatlah tidak etis dari beberapa sisi!

SISI YANG PERTAMA ialah dari sisi menghina simbol agama tertentu dan dalam hal ini adalah masjid yang memang menjadi tempat berkumpul umat Islam minimal 5 kali sehari. Coba perhatikan bebrapa dalil mengenai keutamaan sholat berjama’ah,  hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً

“Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan 27 derajat.” (HR BUKHARI)

SISI KEDUA, kelogisan fakta dilapangan yang sangat tidak dapat dibuktikan secara generalisasi.

Berdasarkan pengetahuan yang saya dapatkan, justru  kelompok-kelompok radikal  yang bersifat Sirr (tersembunyi) semacam ISIS, JAT, dst kebanyakan justru melakukan pengajian intensifnya secara khusus di tempat-tempat tertentu semisal rumah salah satu anggota secara bergantian, dan walaupun terkadang mereka memanfaatkan masjid untuk menyebarkan pahamnya, namun yakinlah jika masjid yang digunakannya itupun tak mungkin digunakan secara terang-terangan untuk melempar pemahaman meraka. Dan bisa jadi justru ketika mereka memanfaatkan masjid, aparat intelejen semisal DENSUS akan sangat mudah mengendus dan menangkapi mereka satu persatu.

Saya dalam hal ini ingin memberikan contoh salah satu kasus pengalaman pribadi : suatu saat saya pernah bertanya dengan salah satu tetangga saya mengenai tempat di mana dia (tetangga saya) ikut pengajian tepatnya di masjid mana  biasa dia mengadakan taklim. Dan dengan nada terbata, seolah tak ingin menjawab, dia justru mengatakan, “kajian yang kami adakan biasa kami adakan secara berpindah di rumah, masing-masing anggota pengajian”. Kemudian ketika saya tanya balik, “lha mengapa kok ndak diadakan di masjid tertentu?” dia pun (tetangga saya) menimpali, sambil menyebut bahwa mereka sudah pernah mendapatkan penolakan dari pengurus masjid tertentu.

Membaca pernyataan fakta di lapangan yang saya kutip di atas, setidaknya dapat disimpulkan.

1. Kelompok-kelompok radikal semacam ISIS dan bolo-bolo semanhajnya (semetodologi) mungkin memanfaatkan sarana masjid untuk sholat, namun yang jelas untuk memasukkan pemahaman mereka secara intensif, kebanyakan mereka justru lebih senang memanfaatkan rumah masing-masing anggota untuk melancarkan misinya.

2. Hati-hati terhadap pengajian yang bersifat sembunyi-sembunyi/sirr, sebab cara ini seringkali digunakan oleh para kelompok sesat memasukkan pemikiran idiologinya.

3. Mewaspadai bukan berarti memukul rata.

CAUSE 5 B …. I THINK SMART !!

DO YOU KNOW!!!

Belum tentu orang yang rajin ke masjid anggota ISIS, sebab memang Islam memerintahkan laki-laki untuk sholat di masjid

Belum tentu yang berjenggot dan bercelana congkrang berpemikiran khawarij baca “teroris khawarij”, sebab nabi pun berjenggot dan berpakaian congkrang.

Belum tentu perempuan yang mengenakan cadar istri seorang teroris, sebab istri-istri Rasulullah pun bercadar semua.

Belum tentu pula orang yang berdasi  itu seluruhnya adalah koruptor kan….benar nggak??

Belum tentu  juga semua orang AS setuju dengan pemboman Hiroshima Nagasaki bukan??



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline