Lihat ke Halaman Asli

Nasionalisme Atau Iri Hati?

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_277026" align="alignleft" width="300" caption="google.com"][/caption]

Sebagai anak muda yang sok punya rasa nasionalisme, saya kadang dan bahkan sering merasa iri dengan tetangga kita dalam banyak hal. Melihat nanas yang di jual di lapak-lapak penjualan dengan pencantuman made in ….. (Thailand), made in ….. (Malaysia), saya ingat mengapa nanas kita tidak bisa nyampe ke sini ya…. belum lagi barang-barang lain yang dijajakan sepanjang jalan.

Setelah melihat nanas yang berjejer rapi dekat di stasiun Attaba Kairo, saya teruskan perjalanan pulang ke Helwan dengan Metro, kebetulan di depan saya ada bangku kosong. Tanpa pikir panjang ku letakkan saja pantatku. Pegel juga kalau harus berdiri satu jam sampai stasiun Wadi Hof. Untuk kedua kalinya rasa iri itu menyembul keluar. Dua bapak-bapak yang ada tepat dihadapanku ternyata membawa nama tetangga kita lagi disandal mereka berdua. Madein Thailand.

Setelah satu jam perjalanan dari Attaba ke Wadi Hof, saya berjalan dua puluh menit untuk dapat sampai ke rumah. Sesampai di rumah dengan dalih ingin melepas lelah dan menghilangkan dua perasaan tadi ku pencet chanel musik. Ada tiga chanel musik bertetangga yaitu Mazzika Zoom, Mazzika dan satu lagi tapi entah apa namanya, saya lupa. Kalau di tv saya menempati urutan 120, 123 dan 125. Setelah dua lagu tersaji, satu dari Haifa Wehbe dan satunya lagi dari Amru Diab aku pindah chanel ke Al Jazeera, mungkin ada berita menarik. Eh…. Pas banget. Di Al Jazeera sedang memutar iklan pariwisata. Pengin tahu iklan pariwisata mana? Lagi dan lagi tetangga kita pula masuk iklan di Al Jazeera. Tetangga kita menawarkan pemandangan alam dan fasilitasnya, pemandangan yang kalau di indo sangat familiar dengan mata kita.

Untuk ketiga kalinya kita kecolongan. Dan yang lebih membanggakan, setelah iklan itu selesai, Negara kita masuk dalam acara berita, cukup panjang pula. Tahu saudara… apa yang diberitakan.? Negara kita katanya masuk dalam tujuh Negara didunia yang kekurangan pangan. Remuk sudah perasaanku satu hari ini.

Itu baru cerita satu hari ini, belum lagi cerita-cerita kemaren dan besok.

Baik, ada banyak cerita yang aku dan teman-temanku alami saat berhadapan dengan birokrasi. Denger kata birokrasi aja hati ini sudah merasa eneg. Dan lebih eneg lagi bila kita berada di Jawazat (Imigrasi).

Ndilalah kalau kita mau ngurus apa-apa yang ada kaitannya dengan jawazat, kita juga harus bertemu saudara sekandung. Disaat itulah biasanya perasaaan ini mau muntab. Bagaimana bisa.. sudah antri berlama-lama kok gak dipanggil-panggil dan saudara kita yang baru aja datang malah dapat cepet.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline