Lihat ke Halaman Asli

Aji Cahyono

Islamic Education, Politic International Relationship, Middle East Region, Philosopher

Alam Sedang Terluka

Diperbarui: 23 April 2017   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: t-erselubung.blogspot.com

Sejak memasuki era zaman millenium Ke-2 atau yang di kenal dengan abad ke-21 ini abad-abad reformasi memang pada realitanya manusia menggunakan rasio dengan cerdas dan pintar. Namun dengan kecerdasannya dan kepintarannya membuat efek samping yang membahayakan dirinya. Dengan Adanya perkembangan IPTEK Secara modern. Namun yang jadi titik pusat Perhatian hilangnya sebuah tradisi IMTAQ yang jadi pusat perhatian nomer sekian.

Dan memasuki zaman tersebut, manusia mempunyai inisiatif menuju gerakan perubahan. Dan gerakan perubahan menuju progresivitas dalam gambaran "pembangunan", alangkah realitanya alam merasa di lukai oleh ulah manusia secara langsung. Dan "mengapa manusia bergerak tanpa meminta izin kepada sang pencipta". Itu yang jadi tanda tanya mengapa manusia masih saja melakukan tindakan selayaknya penjahat. Dan manusia kedepannya harus di mintai pertanggung jawaban atas ulahnya. "alam itu makhluk".

Begitupun alam sudah di lukai oleh ulah manusia. Alampun meminta permintaan kepada sang pencipta. "aku harus balas dendam apa yang di perbuat oleh manusia" dan permintaan si alam tersebut di kabulkan oleh sang pencipta berupa bencana alam yang membahayakan manusia.  Itulah bentuk atas keserakahan manusia. Ada sebuah lirik lagu Ebiet G ade ( berita kepada kawan) : "atau alam mulai enggan, bersahabat dengan kita, coba kita tanyakan pada rumput yang bergoyang". Manusia tugasnya hanya menanam dan memanen. Begitupun juga alam yang berbentuk tumbuhan sangat berterimakasih apabila di ciptakan oleh tuhan di muka bumi ini atas perbuatan manusia juga.

Perlu kita sadari bahwa manusia dan alam saling membutuhkan. Bentuk kosmosentris dan antrosentris di perlukan di saat adanya kehidupan. Begitupun Tak lupa bentuk Teosentris menuju Illahiyat dengan cara ber-monoteis untuk bersyukur apa yang manusia dan alam rasakan nikmat dari Tuhan.

Writter : Aji Cahyono




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline